Matahari begitu garang, membuatku banjir peluh dalam seragam hijau stabilo. Lalu lintas seperti biasa, begitu padat. Pikiranku terbagi antara melaksanakan tugas dan memikirkan istriku di rumah. Istriku hamil tua. Sewaktu-waktu, bayi kami bisa saja brojol tanpa aku di sampingnya. Tapi bagaimana lagi, tugas tetaplah tugas. Kalau tidak, aku tak akan mempunyai biaya untuk persalinannya kelak. Nah, kali ini ada pengendara motor yang cukup berani. Aku harus menghentikannya sebelum jatuh korban jiwa.
“Priiit!!”
“Selamat siang. Bapak melampaui batas kecepatan yang diperbolehkan. Bisa saya lihat SIM-nya?”
Pria muda di hadapanku memeriksa tasnya terburu-buru.
“Maaf, Pak. SIM saya sepertinya ketinggalan di tas yang satu lagi. Saya buru-buru sekali soalnya.”
“Kalau begitu Bapak terpaksa saya tilang!”
“Tapi…”
“Bapak mau menyelesaikannya secara damai atau melanjutkannya di pengadilan?”
“Tidak bisakah saya dilepaskan kali ini saja, Pak? Saya benar-benar ada keperluan penting soalnya.”
“Maaf, Pak. Kalau Bapak tidak mau menyelesaikannya secara damai, motornya terpaksa saya tahan.”
Ia menyerahkan kunci motornya dengan muka masygul. Sesekali, dapat kudengar mulutnya menyumpah lambat. Tak kuacuhkan dirinya yang kemudian memilih menyetop taksi dan melanjutkan perjalanannya.
Aku menuju motorku untuk mendaftarkan nomor kendaraan pria tadi. Saat aku mengambil pulpen, baru kusadari kalau banyak miscall serta beberapa pesan singkat yang masuk ke telepon genggamku. Aku memang selalu mematikan nadanya agar tak mengganggu tugas. Kubaca salah satu pesan singkat dari adik iparku.
Bang, kakak masuk rumah sakit. Ketubannya pecah. Segera susul ke Rumah Sakit XXX
***
“Maaf, Bang. Bayimu ga selamat. Bayimu mengalami kelainan dan dokter yang seharusnya membantu persalinan istrimu telat datang.”
Mataku kosong mendengar penuturan adik iparku. Padahal kami telah lama mendambakan kehadiran seorang anak. Bagaimana mungkin?
“Maaf, Pak. Tadi saya sudah berusaha buru-buru. Tapi seorang polisi menghentikan saya dan tak mau mendengarkan penjelasan saya.”
Aku membalikkan badan mendengar suara yang kukenal. Pria muda tadi siang!
293 kata
Tulisan ini diikutsertakan dalam “Giveaway SIM yang diadakan oleh Kinzihana.”
nyesek sekali… 😦
lingkaran ya…
Ah… sebab akibatnya gamblang.simplenya dapet. hehe
simple dan kena.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula hiks ..
Yang dia tilang itu dokternya ya? Pasti dia nyesel banget deh. 😦
jadi dokternya yang di tilang itu??? Hadeuch… menyedihkan yah ending nya -_-
Njleb banget
Fiuh, maknanya dalam banget. Tapi kan pak polisi hanya menjalankan tugas ya.. 🙂
haduhhh ikut nyesekkk
makasih ya pak guru sudah berpasrtisipasi 🙂
aihhhh jleb bangettttt !!!
Kasihan juga ya. Tapi mau bagaimana lagi, si polisi hanya menjalankan tugasnya kan.
iya,. setujua ama kak zilko.. semuanya adalah takdir
wiih, alurnya pas banget.
tapi, jarang2 loh dokter kandungan itu masih muda. biasanya paling “muda”nya usia 30-35. entahlah, ini ngena banget ceritanya, tp kayak msh ada yg ga logis. aku belum dapat di mananya. -____-