Sensasi Rumah Hantu

Kemarin, ide gila tiba-tiba timbul di benak gua sewaktu sedang suntuk-suntuknya. Gua yang sedang bosan dengan rutinitas bimbingan skripsi  yang begitu-begitu saja, mengajak anak-anak RB yang masih eksis di Padang untuk pergi ke rumah hantu. Ya, RUMAH HANTU!  Segera Jarkom gua kirim ke teman-teman.

“Duhai anak-anak RB yang kucintai, main ke rumah hantu, yuk? Kita ngumpul di kampus dulu, habis Jum’atan kita perginya. Bisa atau tidak, kasih tahu ya (Diusahakan, kalau g, lo-gua, end!)” send=>

Tidak beberapa lama, teman-teman gua membalasnya. Macam-macam respon mereka.

Ada yang bilang, “Gua mau ikut, tapi gua takut, Lung.”

Langsung gua balas, “Peluk gua kalau lu takut di dalam ntar! Hag hag.” Reply

“KEENAKAN LO NYA!”

Rata-rata tanggapan mereka positif dan ingin mencoba. Jadilah sehabis Jum’atan, teman-teman sekelas pun kumpul di Pendopo Fakultas Bahasa dan Seni. Terkumpul sekitar 20 orang dengan cowok 3 orang dan selebihnya cewek (harap maklum, penghuni kelas gua rata-rata cewek. Dari empat puluh orang, hanya enam orang yang berjenis kelamin laki-laki). Setelah berunding sebentar, disepakati kalau tiga orang naik motor dan empat belas orang naik angkot. Berhubung gua ketua kelas, jadilah gua yang mengawal ketiga belas bidadari tersebut.

Di atas angkot, kehebohan tak lepas dari mulut-mulut mereka. Suara cewek-cewek tersebut bahkan mengalahkan suara musik yang dikeluarkan oleh speaker di atas angkot. Jadilah gua yang duduk di sebelah sopir hanya bisa lirik-lirikan dengan si sopir. (Lho?).

Sesampainya di tujuan, sembari menunggu teman-teman yang menggunakan motor, kami duduk-duduk di trotoar. Daripada tidak ada kerjaan maka gua berinisiatif mengumpulkan duit untuk membeli karcis masuk rumah hantu tersebut.

Wani Piro?

Yang namanya cewek, paling tidak betah kalau tidak ngobrol. Maka teman-teman gua pun sibuk menceritakan kejadian-kejadian menyeramkan yang pernah mereka alami. Ada yang bercerita kalau di GOR Prayoga tempat rumah hantu tersebut memang ada orang yang meninggal bunuh diri. Bahkan ada yang sampai berteriak membuat orang yang lewat jadi terkaget-kaget. 

Pukul 15.00 barulah lengkap semua personil yang ingin masuk ke rumah hantu, kami pun bergegas menuju ke TKP. Dari luar saja, sudah tampak orang-orang mengantri untuk masuk ke rumah hantu. Gua langsung membeli karcis dan membagikannya kepada teman-teman. Setelah tiap orang menerima karcis, kami pun ikut mengantri bersama orang-orang lainnya.

Karcisnya, Buk?

Ketika akan masuk, baru kami tahu kalau setiap rombongan yang akan masuk hanya terdiri dari sepuluh orang. Mau tidak mau, gua yang berada di barisan paling depan terpaksa menjadi pemimpin sembilan orang cewek di belakang gua.

Di dalam, baru saja masuk cewek-cewek tersebut sudah ribut ketakutan. Ruangan yang gelap membuat mereka bergidik. Mereka saling dorong membuat gua hampir terjatuh di dekat kain putih. Ketika kain tersebut gua perhatikan, ternyata kain itu dikenakan oleh seorang wanita dengan tampang pucat. Tiba-tiba wanita tersebut menoleh dan melototkan matanya ke arah kami, kontan para cewek langsung menjerit.

KYAAA!!!

Sulung, gua takut Lung.” Ini suara si Ririn yang paling dekat dengan gua.

Gua g kuaaat, gua pengen keluar.” Ini entah suara siapa, soalnya suaranya mirip dengan suara kuntilanak.

Mana sendal gua, mana sendal gua. AAA.” Ini suara Mita yang sendalnya lepas, alhasil dia meraba-raba dalam gelap sambil berpegangan dengan teman-teman lainnya.

Gua yang berada paling depan berusaha menemukan jalan soalnya rumah hantu ini sengaja dibuat seperti labirin. Ketika berbelok di tikungan, kami lagi-lagi dikejutkan dengan sesosok tubuh yang melompat-lompat. Busyet, rupanya pocong! Kurang ajarnya lagi, si pocong yang ternyata berjumlah tiga orang malah melompat ke arah gua dan teman-teman seolah mau mengejar. Jelas saja cewek-cewek tersebut berhamburan sambil berteriak-teriak. Baju gua sampai serasa mau robek ditarik-tarik. 

Banyak lagi macam-macam hantu yang kami temui, dari tengkorak, suster ngesot, pocong, kuntil anak, sampai mayat hidup. Tapi buat gua sendiri yang paling terkejut saat ada hantu yang melompat dari atas ke depan gua. DEGG! Wooh, gua langsung syok! Hampir saja gua terjengkang ke belakang. Teman-teman gua juga di bagian ini yang paling keras teriakannya. Di keremangan, gua lihat mereka saling berpelukan satu sama lain.

Karena dihadang oleh hantu, jalan kami pun terhenti. Gua berusaha menerobos lewat bawah ketek si hantu, namun entah siapa yang menarik baju gua, gua jadi g bisa lari cepat. Di dekat pintu keluar, ternyata hantu yang menghadang justru bertambah banyak! 

Ada hantu yang tidur-tiduran di atas kasur (males banget ni hantu), ada hantu yang pakai topi jerami dan menarik-narik kaki gua (kayaknya dia minta sedekah, dah), ada lagi hantu yang duduk di kursi dan memukul gendang kuat-kuat setiap orang yang lewat di dekatnya (sepertinya ini hantu drummer). Gua yang latah kontan nyerocos g  karuan.

“EH, MONYONG! SETAN SIALAN! EH, KAGET! EH, KAGET!” 

Di dekat pintu keluar, ternyata gua tinggal berdua dengan si Ririn. Sementara teman-teman yang lain tertinggal di belakang. Si Ririn ini dari pintu masuk sampai pintu keluar narik-narik baju gua terus. Beberapa kali gua serasa mau jatuh gara-gata tarikkannya. Begitu dia melihat pintu keluar, eh dia malah langsung lari. Di pintu keluar, orang-orang yang lihat gua pada ketawa. Gimana enggak, baju gua udah berantakan gara-gara ditarik-tarik.

Di luar, kami semua tertawa terbahak-bahak. Antara ketakutan dan merasa seru. Rata-rata para ladiesg mau lagi masuk ke dalam. Sementara gua sebenernya pengen masuk lagi, habis tadi g kerasa. Gimana mau menikmati, baju gua ditarik-tarik mulu. Belum lagi cewek-cewek yang teriak-teriak di dekat kuping gua. Beuh, kalau misalnya teman-teman gua yang jadi hantunya, kayaknya lebih serem dah.

Nampang dulu di luar.

Anyway, sebenernya kami agak kecewa dengan rumah hantu tersebut. Habisnya, rasanya kok sebentar banget. Mungkin karena tempatnya yang kecil, padahal awalnya kami mengira rumah hantu tersebut dibuat di dalam GOR. Rugi rasanya ngeluarin uang Rp 10.000 cuma untuk hantu bohong-bohongan. Tapi g apa-apalah buat seru-seruan bareng teman. Senja pun mulai mengiring, kami berpisah menuju rumah masing-masing. Tak lupa gua titip pesan buat mereka semua.

“Nanti malam, jangan tidur sendirian ya.”  

Kuntiii, I Lope You!

42 pemikiran pada “Sensasi Rumah Hantu

  1. hahaha … emang kadang kala cewek2 lebay … mereka sendiri yang hobi sama hantu, merea sendiri yang ketakutan. sepertinya sama ya kayak nonton film hantu gak bermutu indonesia … pertama-tama berbondong2 nonton terus jerit-jerit di dalam tapi pas keluar ada kesan hampa yang diterima. mirip kali yah seperti rumah hantu.

    *bos, itu pose dengan uang jadi mengingatkan saya dengan si priyono :mrgreen: http://blog.rawins.com/2011/06/priyono-nyoto-calon-artis-baru.html

  2. haduuuuh,kalo aku sih paling ogah ke rumah hantu
    tiap main ke tempat-tempat kayak gitu (kalo yang deket rumahku daerah malang) misalnya Jatim Park ato BNS,wahana yang selalu aku hindari ya rumah hantu
    mau dibayar sekalipun nggak mau deh
    hiiii sereeeem

  3. Hadoooohhhh…….Nggak banget deh gue. Ditakut-takuti malah bayar. Tau nggak Rumah Sakit Hantu di WBL (Wisata Bahari Lamongan) di lamongan Jawa Timur, Sumpah serem banget gue cukup sekali aja ditakut-takutin. Tapi gue salut kamu emang pemberani di antara sembilan cewek tadi. 😀

  4. hahahahha…ngakak gua bacanya..
    itu orang nyamar jadi hantu? atau boneka doank?
    saya juga pernah masuk rumah hantu bareng temen-temen (9 orang)
    banyakan ceweknya juga, dan sialnya, saya yang paling depan!
    gimana ga teriak2…walopun hantunya hanya boneka, tetep aja kuntilanak sukses buat saya teriak..
    info tambahan: di Jayapura ada sebuah rumah di daerah Angkasa (nama tempat lho, bukan angkasa beneran) yang diklaim sebagai rumah hantu. soalnya memang terletak didaerah yang sepi banget..kalo lewat situ, ga berani deh lama-lama, langsung tancap gas..wkwkwkwkk..

Tinggalkan Balasan ke sulunglahitani Batalkan balasan