Zaman semakin canggih. Jika dulu kita hanya bisa menikmati bacaan hanya dari selembar kertas, maka saat ini sudah ada yang namanya e-book. E-book merupakan sebuah buku yang dibuat dalam format elektronik. Format file untuk e-book yang umum adalah PDF (Portable Document File) yang dapat dibaca dengan software seperti Adobe Acrobat Reader dan masih ada format-format lain untuk e-book. Banyak keuntungan e-book dibandingkan buku biasa, seperti:
- Kita dapat menggunakan fasilitas pencarian untuk mencari kata-kata di dalam e-book
- Tidak memerlukan tempat penyimpanan seperti rak/lemari
- Tulisan dapat diperbesar bagi yang susah membaca tulisan-tulisan kecil
- Dengan software tertentu, kita dapat mendengar isi e-book tanpa perlu membacanya
- Lebih murah dan mendukung mencegah Global Warming
Saat ini sudah banyak alat yang dapat kita gunakan untuk membaca e-book tersebut, selain melalui komputer, pc tablet, ipad, bahkan handphone, e-book juga dapat dibaca menggunakan e-book reader. Ada berbagai merek e-book reader yang telah diciptakan, contohnya saja Amazon Kindle, Sony’s Reader, Barnes, dan Nooble’s Nook.
Saya sendiri entah mengapa tidak terlalu menyambut positif dengan diciptakannya e-book reader ataupun alat untuk membaca e-book lainnya. Memang, jika memiliki e-book reader saya bisa memuaskan hasrat membaca saya yang begitu besar karena e-book reader memungkinkan saya untuk menyimpan bacaan sebanyak yang saya suka. Tapi entah mengapa, saya merasa ada sensasi tersendiri saat membaca sebuah buku dari kertas.
Saya begitu menyukai bunyi halus gesekan kertas saat membalik helai demi helai halaman buku. Saya suka menghirup aroma yang menguar dari sebuah buku. Saya pun lebih suka memegang erat sebuah buku layaknya menggenggam tangan seorang kekasih hati. Saya memuja huruf-huruf yang tercetak jelas di atas tiap lembaran kertas. Memandangi guliran kalimat di atas sebuah buku ibarat memainkan mata dengan seseorang yang saya puja. Semakin tua sebuah buku, semakin antik pula lah buku tersebut, dan semakin besar misteri yang disimpannya.
Begitulah, saya bukannya seseorang yang antiteknologi. Hanya saja saya lebih menyukai sebuah buku yang terdiri dari lembaran kertas dibanding sebuah buku yang terpampang di sebuah layar datar. Saya tidak memungkiri jika ada yang mengatakan semakin banyak sebuah buku dicetak, semakin banyak pula pohon yang ditebang sebagai bahan bakunya. Dan hal ini berarti bumi semakin gundul. Namun, bukankah saat ini sudah semakin banyak kertas yang dibuat dari bahan dasar daur ulang? Semaju apapun teknologi ke depannya, tak akan menggantikan kecintaan saya akan sebuah buku yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas.
Bagaimana dengan sahabat? Lebih menyukai buku digital atau buku yang tercetak di atas kertas?
Catatan:
Dengan ini saya, Sulung Lahitani Mardinata resmi mengubah nama Blog dari Dunia Jungkir Balik menjadi Catatannya Sulung. Tidak ada maksud apa-apa, agar mudah ditemukan di mesin pencari saja.
Bagi sahabat yang terlanjur membuat link saya dengan nama Dunia Jungkir Balik, mohon bantuannya untuk mengubahnya menjadi Catatannya Sulung. Maaf merepotkan, terima kasih.
ya memang di sadari membaca dengan memegang fisik bendanya lebih terasa sensasinya..
tentu saja. lebih enak yang dipegang, ya? hehe
Tergantung buku apa yang dibaca sih sebenernya. Kalo novel/komik/semacamnya, memang lebih enak baca buku aslinya. 😀
Tukeran link yuk.. http://ikky21.wordpress.com
udah ditempel 🙂
Bingung……=Dº°˚нåнåнå˚°º=))нå˚°º=D =Dº°˚нåнåнå˚°º=))нå˚°º=D =Dº°˚нåнåнå˚°º=))нå˚°º=D
(*)º°˚•=D=))•˚°º(*)=D=))(*)º°˚•=D=))•˚°º(*)
ǻđцћ.. ãмρέ.. àτіτ.. ρέчύτŋỳã
=))=D ◦нă(*)☺(*)нăă(*)☺(*)нăă ◦ =D=))
(*)º°˚•=D=))•˚°º(*)=D=))(*)º°˚•=D=))•˚°º(*)
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
saya suka bau buku-buku lama.. terutama yang udah mulai menguning.. khas 🙂
sepakat, gan. baunya itu lho. beda ama bau parfum. hehe
Heeeee…. sama ama saya. Saya juga belum tertarik membaca via ebook. 😦
Entah kenapa, saya lebih suka buku analog, buku biasa. Lebih enak, gitu. 🙂
lebih enak dipegang kan? ehehe
tapi masih suka buku dalam bentuk asli..
baca ebook bikin puyeng, ga bisa guling2.. terus kalah portable..
lagian bolak-balik halamannya lebih nikmat daripada sekedar klik/scroll
sama, mel. meski e-book lebih canggih, g ada yang mengalahkan pesona buku2 dari kertas
Aku udah gak pernah lagi membaca novel atau tulisan fiksi. Sehari-hari yg dibaca ya blognya teman-teman aja 🙂 punya sih banyak koleksi ebook, berupa novel dan naskah drama klasik yang dulu pernah dikenal saat masih kuliah di Sastra Inggris. Tapi cuma sekedar download aja. Mau dibaca kok males…….
wah, salut juga mbak. bacaannya blog teman2 semua :’)
hmmm…kemajuan tekhnologi yang membawa pegaruh besar 🙂
selamat atas pergantian nama blognya, semoga semakin berjaya 🙂
Jarang baru ebook, lebih tertarik eblog (?) biar ga dikira goblog (!)
haha, sepakat yan!
Baru? Buka maksudnya. . Hee
perlu pembiasaan, terutama pembiasaan mata (bagi yang gak terlalu sering buka komputer)
kalo saya baca di hape
mata jadi lebih cepat perih dan berair. hehe
Kalau saya sih jujur gak begitu enak baca ebook.
soalnya mata ini cepat lelah memandangi layar laptop.
beda dengan buku biasa yang terbuat dari kertas.sudah menjadi makanan kita sehari-hari jadi gak bosan 😀
sepakat-sepakat. jadi lebih cepat berair matanya.
Aku juga kurang suka membaca dengan format e-book. Nggak enjoyable gitu deh rasanya, hehehe 🙂 Mungkin karena aku bacanya pake laptop/PC ya, nggak tahu deh kalau pakai media lain (hp/iPad/dll) gimana, hmmm.
Cuma kadang terpaksa juga sih baca e-book. Soalnya untuk buku-buku cetak yang dipakai di perkuliahan disini, harganya mahal banget loh!! Karena pelit, ya udah baca bukunya pakai format pdf-nya aja, hahaha 😆 Toh, bener tuh, keunggulannya adalah kadang kita bisa memakai fitur “find” untuk mencari bagian yang kita inginkan
ahahah, sepakat deh Zil.
tidak ada yang mengalahkan prinsip berhemat ala mahasiswa. hehe
lebih enak baca buku bro drpda E book..
setuju, bro 🙂
Saya juga leboh suka buku dari kertas.
Punya banyak ebook tapi malah males baca. Hehehe.. Mending Beli buku ajah. Semoga ada solusi lain untuk mengatasi penebangan akibat pembuatan kertas. 😀
Sepakat. E-book tidak bisa mengalahkan pesona buku dari kertas. huhu
mmg lebih nyaman dengan buku sob 😀
serba simpel dan tentunya praktis 😀
lho, bukannya e-book lebih simpel dan praktik Sob?
aku lebih suka buku biasa aja
klo e-book males bacanya masa mesti buka laptop dulu, buka make HP gak mendukung HPnya hehehe 😛
eh iya namanya ganti 😀 pusing ya jungkir balik terus hihihi *peace ah
iya,mbak. malah jadi g praktis kadang.
haha, puyeng jungkir-balik mulu mbak 😀
nice posting bang…
salam kenal… ne sri… anak PPIPM.
saya juga setuju dengan bang sulung…
hematnya e-book sih bisa mengurangi dampak global warming… tapi kitanya malah suka kalau membaca langsung dari buku.
nice posting bang…
salam kenal… ne sri… anak PPIPM.
saya juga setuju dengan bang sulung…
hematnya e-book sih bisa mengurangi dampak global warming… tapi kitanya malah suka kalau membaca langsung dari buku.
makasih, makasih
ayo, anak ppipm mesti membudayakan menulis
hmmm kalo masalah sukanya sih saya lebih suka buku biasa dari kertas
tapi berhubung lebih gampang didapat dan lebih murah *alasan anak kosan* sekarang jadi lbih sering baca ebook
Hehe, iya juga ya mbak.
e-book gampang diunduh
wah saya suka dua-duanya 🙂
sama-sama efisien ya, mbak?
Setuju. Buku memang tidak tergantikan. Untuk buku kuliah, e-book boleh. Tapi untuk buku bacaan yang dinikmati, saya tidak bisa menerima e-book. Membiarkan mata lama di depan monitor itu melelahkan. Dan ya… saya suka aroma buku.
Saya setuju dengan mas Lambertus Hermawan… e-book itu ndak enak di baca lama2 di depan laptop.. nah makanya saya dan tmn2 kuliah klo e-book nya itu bagus dan menunjang materi kuliah biasanya kita cetak.. setebal apapun itu,, hee..
saya juga setuju sama mas Evan. maksud saya juga seperti itu…
boleh tau ga beli e-book Amazon Kindle, Sony’s Reader, Barnes, dan Nooble’s Nook dari distributor yg murah dmn ya?
Kalau tidak ada yang membaca buku, perpustakaan jadi sepi dong. Aku sih lebih suka membaca buku. Alasannya kalau di depan komputer terlalu lama aku jadi ngantuk.
This is a good site.
wah, namun menurut saya perkembangan buku terlalu pesat. coba bayangkan, jika menebang 1 hektar hutan untuk membuat beribu eksemplar misalkan, apakah berbanding dengan waktu untuk menanam pohon serta membuat hutan yang gundul 1hektar tersebut?
kan, tidak semua jasa penerbitan memakai kertas daur ulang? 😀
jadi, menurut saya ebook reader sangat berguna…kalau alasan memakai buku lebih nikmat karena bunyi kertas saat kita membalik halaman, itu sepertinya tidak lantas membuat ebook jadi sesuatu yang tidak patut dicoba 😀