[Movie] Source Code or Inception?

source code the movie

“This is not time travel. This is time re-assignment.” (Rutledge-Source Code)

Dari dulu hingga sekarang, saya paling suka dengan film-film yang agak rumit. Film yang memainkan psikologis penonton. Semakin membingungkan jalan ceritanya, semakin menantang saya untuk mengerti apa inti cerita film tersebut. Berawal dari rasa penasaran saya  saat menonton akting Vera Farmiga di Orphan, saya pun berusaha mencari film barunya yang lain. Kemudian saya menemukannya berakting di film Source Code (2011).

Source Code merupakan film besutan Duncan Jones yang menceritakan seorang pilot helikopter militer Amerika bernama Colter Stevens (Jake Gyllenhaal). Stevens yang seharusnya sedang bertugas di Afghanistan tiba-tiba saja terbangun di dalam sebuah kereta api dan seorang wanita memanggilnya Sean. Selanjutnya diketahui bahwa wanita dihadapannya bernama Christina Warren (Michelle Monaghan). Tak terima dipanggil Sean, ia pun pergi ke toilet dan ketika berkaca ternyata ia berada di tubuh orang lain. Belum hilang rasa terkejutnya, tiba-tiba kereta meledak. Membunuh semua orang di atas kereta tersebut.

Stevens kembali terbangun dan ia mendapati dirinya berada di sebuah kapsul. Seorang wanita lain bernama Collen Goodwin (Vera Fermiga) menjadi operator sekaligus pembimbingnya untuk mentuntaskan misi menemukan pengebom di dalam kereta. Stevens meminta penjelasan kenapa dirinya bisa berada dalam tubuh orang lain. Dr. Rutledge (Jeffrey Wright), atasan Goodwin, menjelaskan bahwa otak mempunyai kemampuan menyimpan ingatan delapan menit terakhir di dalam kode pusat (source code). Kemampuan tersebut dimiliki otak seseorang yang baru saja meninggal sebab otak masih mempunyai medan elektromagnetik sehingga sirkuitnya masih bisa disisipi dan digunakan sebagaimana sisa sinar pada lampu yang baru saja dimatikan. Hal itulah yang terjadi pada Sean yang tewas pada kecelakaan tersebut. Maka dimulailah pencarian Stevens terhadap si pelaku pengeboman di dalam kereta dengan jatah waktu delapan menit yang ia punya. Setiap detik sangat berharga bagi Stevens!

Selesai menonton film ini, saya langsung jatuh hati. Bagaimana tidak, film ini benar-benar memukau dari awal hingga akhir. Ide cerita yang tidak biasa, permainan psikologi, serta akting pemerannya membuat saya beberapa kali menahan napas saat menonton film ini. Emosi penonton akan diaduk ketika mengetahui siapa Stevens sebenarnya, hubungannya dengan ayahnya, hingga ambisi Rutledge untuk tidak mengakhiri tugas Stevens meskipun misi telah berhasil diselesaikan. Belum lagi Stevens yang jatuh cinta pada Christina yang sebenarnya tidak nyata. Penonton seakan diajak berpacu dengan delapan menit yang Stevens miliki untuk menemukan pelaku pengebom. Jika IMDB memberi rating 7, 6 untuk film ini, maka saya memberikan nilai 8, 0 untuk kejeniusan Ben Ripley dalam menulis Source Code.

inceptionAkan tetapi dibandingkan satu lagi action psychology film kesukaan saya, Source Code belum ada apa-apanya. Saya tentu saja lebih menjagokan Inception (2010). Sama-sama bernapaskan science fiction, Inception memiliki keunggulan di segi cerita, akting, serta ketegangan.

Inception menceritakan seorang pria bernama Dom Cobb (Leonardo Di Caprio) yang memiliki keahlian masuk ke dalam alam bawah sadar seseorang dan mencuri ide orang tersebut. Ia senantiasa dibantu oleh rekan setianya, Arthur (Joseph Gordon Levitt) dalam melaksanakan misi. Ketika ia mendapatkan tawaran dari Saito (Ken Watanabe) untuk menanamkan suatu ide di otak Robert Fischer (Cillian Murphy), Cobb segera mencari orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk ikut dalam misinya. Mereka ialah Ariadne (Ellen Page) yang akan menjadi arsitek di alam mimpi; Eames (Tom Hardy) yang mempunyai kemampuan menyamar; serta Yusuf (Dileep Rao), ahli kimia yang akan membuat obat penenang agar mereka dapat bertahan lama di alam mimpi. Maka dimulailah misi mereka untuk masuk ke dalam alam mimpi Fischer. Awalnya mereka berencana hanya akan masuk hingga tiga tingkatan mimpi, namun semua berubah saat Saito tertembak dan Mal (Marion Cotillard), istri Cobb yang sudah meninggal mengacaukan alam mimpi. Mereka harus masuk ke mimpi tingkat empat yang berbahaya dan berpacu dengan waktu jika tidak ingin terperangkap di dalam Limbo, alam mimpi tanpa batas!

Inception memiliki keunggulan di segi cerita dibandingkan Source Code. Di Inception, kita bisa menyaksikan kebingungan Cobb yang kesulitan membedakan alam nyata atau alam mimpi akibat Mal. Mal sebenarnya merupakan proyeksi Cobb yang tidak bisa menerima kematian Mal akibat pemikiran yang pernah Cobb tanamkan pada Mal. Hubungan yang buruk antara Robert Fischer dengan ayahnya menandakan kebanyakan orang barat mempunyai hubungan yang buruk dengan orang tuanya (hal ini juga saya temui di Source Code dan film-film lainnya). Maupun banyaknya orang yang berbagi mimpi di tempat Yusuf yang menandakan bahwa suatu saat dengan bermimpilah kita akan mengetahui kita tidak sedang bermimpi di dunia yang penuh mimpi ini.

 Inception berhasil menggondol empat Oscar atas kejeniusan Christoper Nolan meramu cerita sekaligus menyutradainya sendiri. Jika IMDB memberikan nilai 8, 9 untuk Inception, maka saya memberikan nilai 9, 0 untuk Inception. Bagaimana dengan sahabat? Apakah sahabat juga menyukai film-film bertema science fiction? Jika ya, apa film science fiction lain yang memukau sahabat selain film-film di atas?

Quote: Dreams feel real while we’re in them. It’s only when we wake up that we realize something was actually strange (Cobb-Inception).

43 pemikiran pada “[Movie] Source Code or Inception?

  1. gak tertarik nonton Inception.
    lawong suamiku aja nonton 2x baru ngeh.
    aku butuh 5x kali yak? hehehe…

    source code? boleh lah.
    tp sebelum nonton baca spoliernya dulu di wikipedia/imdb 😀

      1. aduh gak deh kalo inception,hehehe.
        aku sukanya nonton film yg ringan dan yg bisa aku tebak jalan ceritanya. bukan drama romantis, tp drama romantis KOMEDI. jadi harus ada unsur komedinya 😀

        aku suka film kartun lho (disney, pixar) semacam Bee Movie, Finding Nemo, Madagascar, dll…. tapi Barbie atau kartun princess gitu ndak demen….. 😉 paling aman kalo bawa film untuk ditonton di kelas, ya film kartun 😀

        1. Wah, saya juga suka kok nonton drama komedi romantis. hm, kalau mbak yang judulnya apa yang suka?
          kartun2 yang mbak sebutkan juga sudah saya lahap. (barbie juga?) iya dong. saya kan penonton segala. hag hag

  2. Sempat mau nonton Inception, akhirnya aku malah nggak jadi nonton, wkwkwkwkw 😆 . Padahal sebenernya kayaknya bagus ya. Kapan-kapan nyoba nonton lagi ah kalau ada waktu bener-bener luang. *kayaknya film ini bakal bikin bingung jadi harus tersedia waktu yang panjang buat jatah nonton karena mungkin di satu bagian harus di-rewind biar ngeh apa yg dibicarakan*, hahaha 😀

  3. Source Code udah nonton, sepakat sm nilainya Sulung, Inception nih yg kelewat, kudu nyari DVDnya neh…

    OOT, backgroundnya ‘ego’ bgt deh Lung *ups* hihihihi

  4. dinneno

    saya udah nonton nih film, keren banget.
    dan hampir semua film luar itu keren-keren, saya lebih suka nonton film luar dari pada film-film dalam negeri yang temanya sama semua.

  5. terus terang kalo saya lebih milih inception.. soalnya kalo source code belom nonton siih.. Eh, berarti itu nggak bisa dibandingkan yah.

    kalo Orphan, saya nonton kapok.. filem begituan nggak cocok buat saya. parah abis… hahaha

  6. Aku lebih suka inception jika dibandingkan, coz sore code itu muter2 gak jelas aja.. endingnya membingungkan pula.. *eh inception juga membingungkan yak 😛

  7. wihh.. saya udah nonton dua2nya nih.. klo saya pribadi.. saya milih inception 10 kali, baru source code… inception tuh.. critanya ga tertebak, bahkan sampai akhir.. mantabbbb ni film..

    klo SC ya gtu deh.. agak aneh sih.. di akhir crita, jadi tercipta dunia paralel gtu.. 😀 bahkan bisa ngirim email 😀

  8. Wah… wah…. saya seneng nonton film, tapi jarang hunting film. Terus terang, judul Inception dan Source Code baru saya tahu setelah baca tulisan ini… :p

    Wah, jadi penasaran nih sama Inception…

  9. Dua-duanya ide filmnya hebat banget. Sangar! Luar biasa! Gila! Jenius! 😆

    Tapiiiiii entah kenapa saya habis nonton Source Code udah cukup sekali aja. Tapi, saya bisa nonton Inception berkali-kali, karena entah kenapa saya lama bosennya. 😀 Jadi, dengan ini saya katakan, Inception lebih berkesan di hati saya. 😉

  10. saya baru belakangan ini tertarik untuk menyaksikan film-film Indonesia, awalnya saya sama seperti Anda merasa bahwa film lokal tidak worth it untuk ditonton. Tapi akhirnya saya suka dengan film-film besutan Joko Anwar, karena idenya yang sering out of the box. mungkin bisa coba nonton, rekomendasi saya Fiksi.

Tinggalkan Balasan ke zilko Batalkan balasan