Selaksa Gundah

“Mungkin diantara selaksa gundah yang mendera.

Terselip sejumput hikmah yang tertunda.”

Sebelumnya saya mohon maaf kepada sahabat blogger semua. Dalam beberapa hari ke depan, mungkin saya belum bisa blogwalking atau berkunjung balik ke blog sahabat semua. Bukan, bukan karena saya sombong ataupun malas. Alasannya tidak lain adalah karena di Bulan Januari saya mesti sidang skripsi. Hal ini mau tidak mau cukup menguras pikiran saya (dan mungkin membuat saya galau).

Saya mungkin masih posting karena sebagaimana yang saya tulis di sini, nge-blog sudah menjadi bagian dari hidup saya. Ibarat seorang komposer yang tak pernah lepas dari menciptakan nada indah menjadi musik, maka saya tidak bisa lepas dari kegiatan menulis. Sayang rasanya ide-ide yang berkeliaran di benak ini tercecer begitu saja tanpa bisa membaginya dengan sahabat. Siapa tahu bukan, kita bisa berbagi karenanya?

Sebenarnya saya cukup ketar-ketir juga. Sudahlah waktu jadwal sidang makin dekat, tapi acc skripsi pun belum tertoreh di skripsi saya. Tidak, saya tidak akan mengeluh dengan ulah para dosen. Saya tahu, dosen juga manusia. Mereka tidak luput dari perangai buruk dan tentu mereka tidak sempurna. Saya hanya berharap saya tetap bisa disidang untuk periode ini. Iba rasanya dengan mama yang sering bertanya, “Bang, nanti pas wisuda ibu-ibunya pakai baju apa? Pakai kebaya atau baju kurung?” Pasti mama bakal kecewa kalau misalnya wisuda saya tertunda untuk kedua kalinya dan saya tidak ingin hal itu terjadi.

Bisa dibilang masa-masa menyusun skripsi merupakan masa-masa paling berat dalam hidup saya. Sudahlah mesti menahan sedih karena tidak bisa diwisuda September lalu, ditambah lagi pengeluaran yang cukup banyak saat menyusun skripsi tersebut. Dulu saya cukup terbantu dengan adanya beasiswa, hanya saja karena syarat menerima beasiswa adalah bersedia tidak diwisuda, tentu saya tidak bisa lagi menerimanya. Akan tetapi saya tidak terlalu memikirkannya. Tuhan selalu mempunyai cara untuk memenuhi kebutuhan saya. Selalu ada orang-orang baik yang bersedia membantu saya.

Saya masih beruntung masih bisa mengecap pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi sementara ribuan orang di luar sana hanya bisa bermimpi mengecap bangku perkuliahan. Saya juga masih bisa makan, tidak mesti memikirkan akan makan dengan apa besok. Yah, meskipun terkadang makan hanya dengan kerupuk, saya tidak mengeluh. Yang penting Tuhan masih memberikan saya kesehatan. Lagipula, bukankah Allah juga berfirman kalau Ia tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hambanya. Allah pun berjanji kalau Ia akan menguji kita dengan kelaparan, sedikit buah-buahan, dan ujian lainnya untuk mengetahui tingkat keimanan kita. Lalu apa lagi yang mesti saya kuatirkan?

Kalau dipikir-pikir, selama ini hal yang membuat saya bertahan dengan keadaan adalah sifat saya yang ga neko-neko. Saya tidak pernah meminta lebih kepada orang tua karena saya tahu mereka tidak mampu. Saya juga tidak mempertanyakan pada Tuhan kenapa saya mesti makan seadanya sedangkan orang lain makan enak. Saya menerimanya dengan ikhlas. Karena saya tahu, masih banyak yang tidak beruntung dibanding saya. Satu hal yang saya pegang adalah suatu saat saya mesti jadi orang sukses dan membuktikannya pada seseorang yang meninggalkan saya beserta mama dan adek. Dan untuk itu, dibutuhkan ilmu yang tinggi. Sebab penghasilan seseorang yang bekerja menggunakan otaknya dibandingkan dengan mereka yang bekerja dengan ototnya tentu berbeda.

Ah, entahlah sepertinya tulisan saya jadi melantur kemana-mana. Sekali lagi, saya mohon maaf kalau belum bisa berkunjung ke blog sahabat. Sekalian minta dido’akan agar skripsi saya lancar dan bisa sidang Januari nanti. Saya beruntung bisa menulis blog dan saya bersyukur bisa berkenalan dengan sahabat sekalian. Salam ukhuwah dan persahabatan.

“Trouble does not come for making you weak.

 But building you as a hero.”

27 pemikiran pada “Selaksa Gundah

  1. Semangat. Sulung!!!
    semoga segera di acc dan semoga kompre berjalan dengan lancar.
    pernah baca di dinding seorang sahabat yang sekelas dengan Sulung dan juga sedang berjuang mengurus skripsi: mulailah langkah pertama maka Allah akan menolong langkah-langkah selanjutnya.

    hm…ngomong-ngomong tentang makan dengan kerupuk, pernah dengar juga kalau Pak Rusdi Thaib, mantan Dekan FBS, sering makan dengan kerupuk juga saat masih kuliah. Nah, semoga Sulung bisa menandingi kesuksesan pak Rusdi yg sekarang jadi dubes…
    🙂

  2. Ping-balik: Yaay, Sidang!! | Catatannya Sulung

Tinggalkan Balasan ke Kimi Batalkan balasan