Beberapa minggu lalu, sekolah tempat saya mengajar disibukkan dengan rencana pertukaran pelajar siswa Yari Junior High School yang akan berkunjung ke Jerman. Siswa-siswa yang akan berangkat ke Jerman ada dua orang, yaitu: Annisa Rahmadani (Icha) serta Yari Katar Knelissen. Mereka berdua akan ditemani oleh ibu yayasan. Untuk berita lebih lengkapnya, simak di sini aja ya.
Nah, sebenarnya Icha sudah lebih dulu berangkat dibanding dengan Yari dan hari ini, Icha berkesempatan kembali ke Indonesia untuk melakukan beberapa keperluan. Saya, guru-guru, serta murid-murid yang lain melepas kangen padanya. Padahal, baru sekitar dua bulan dia berada di Jerman sana, tapi rasanya seperti sudah lama. Suasana kekeluargaan di sekolah tempat saya mengajar memang cukup kuat. Berhubung Icha lumayan lama di sana, maka ia pun menceritakan pengalamannya selama berada di Jerman. Tak lupa ia juga membawa foto-foto yang sebagai bukti perjalanannya di sana.
Foto di atas adalah foto ibu yayasan yang sedang berbincang-bincang dengan beberapa murid di Dr Wilhem-Andre-Gymnasium (saya lupa menanyakan grade berapa tepatnya yang ibu tersebut kunjungi).
Oh ya, jadi selama di Jerman, Yari dan Icha juga mengikuti pelajaran sebagaimana siswa-siswa lainnya. Mereka belajar bersama dalam satu ruangan dan menurut Icha siswa-siswa di sana cukup baik. Hanya saja, menurut Icha siswa-siswa di sana badannya memang besar-besar. Siswa grade X saja perawakannya lebih tua dari saya, katanya.
Kalau saya pribadi, tentu menanyakan beberapa hal terkait dengan pendidika di sana. Setahu si Icha, di Jerman ga ada UN. Sistem pendidikan di sana mengukur kemampuan siswa hanya di akhir grade XII. Kurang ngerti juga sih dengan omongannya si Icha. Ngomongnya cepet-cepet bin campur-campur bahasanya. Dia juga bilang kalau di sana bahkan waktu ujian pun diperbolehkan menggunakan kalkulator dan diperbolehkan membuka buku yang berisi kumpulan rumus-rumus (untuk pelajaran science, nih).
Selama di sana, tentunya Icha dan Yari tidak hanya mengikuti pelajaran di sana, dong. Mereka juga mempresentasikan tentang Hutan Hujan Tropis yang ada di Indonesia serta sedikit-sedikit menyelipkan menceritakan tentang sekolah mereka di Indonesia.
Ternyata, selain dimuat di media massa lokal (Koran Kota Padang), berita kedatangan mereka juga dimuat di media massa Jerman. Si Icha ada bawa korannya sih, tapi saya bener-bener ga ngerti apa isi berita-beritanya. Tapi sekilas, ada beberapa kata familiar dan saya bisa menangkap kalau di koran sana juga membicarakan soal Film Penghinaan Nabi Muhammad SAW (tapi isi beritanya ga ngerti).
Icha juga sempat mengunjungi pameran karya seni dari pasir. Jadi di pameran tersebut, dibuat karakter-karakter dalam dongeng dari pasir. Dari Cinderella, Snow White, The Red Riding Hood, sampai The Three Pig and The Wolf.
Oke, mungkin sekian dulu ceritanya. Saya masih ingin mendengar banyak cerita dari Icha dan tentunya menagih oleh-olehnya. Hihi. Salam persahabatan.
Note: Seluruh dokumentasi berdasarkan persutujuan si empunya foto.
tentu akan menjadi pengalaman berharga dan tak terlupakan bagi yari dan icha ya lung.. Salam buat mereka… 🙂
salam balik dari mereka, Uda 🙂
senang ya sob….punya anak didik yg ikut studi bnding ke LN
senangnyaaaaaaaaaaa………………….
waaah,, selamat buat Annisa Rahmadani (Icha) serta Yari Katar Knelissen. semoga ini membawa kemudahan dihari2 berikutnya….
Selamat ya untuk Icha sudah merasakan suasana belajar international..Pasti nambah wawasan banyak sekali..Dan semoga semangat belajarnya tambah meningkat.
Ohya saya diceritakan oleh sepupu yg kuliah di Paris. Katanya, di Eropa masuk sekolah gak pakai test-2an. Daftar dan masuk saja sesuai sekolah yg kita inginkan. Nah untuk lulus nanti baru ada test..Mungkin itu karena negara mensupport sekolah dan pendidikan warga negaranya kali yah…
iya, Ni. padahal pejabat2 kita sudah sering study banding ke luar negeri, tapi entah kenapa ga mau menerapkan ilmu yg mereka dapat di Indo. tetap bertahan dg metode lampau 😦
Seru cerita dari si Icha dan Yari ini. Mas Sulung kapan nih iktu mendampingi ke Jerman? Semoga kesempatannya cwpet dateng mas ya.
Figur di pameran pasirnya keren abis Mas. 🙂
semoga saya suatu saat bisa mendapat kesempatan tsb, Mas Dani (amin)
iya, mas. masih bnyk sbenarnya foto dari pameran pasinya 🙂
Yari ini apa anak pemilik gitu ya? kok samaan namanya….ataukah arti kata ‘Yari’ ini bagus banget di daerah sana? atau cuman kebetulan aja?
yari itu kebetulan nama anak pemilik yayasan dan yayasan itu sendiri, mbak. hehe
pasti senang y icha dan yari..bisa belajar k jerman..sukses deh..
Liputannya sangat menarik, ada lanjutannya kah? 🙂
senangnya icha sama yari yg di beri kesempatan study ke jerman sana… kebanggaan juga bagi para guru di sana…
Waahh.. hebat yak bisa melakukan pertukaran pelajar gt..
btw lung.. tulis juga dong syarat bagaimana caranya suatu siswa bisa jadi pertukaran pelajar gt?
pengalaman Yari dan Icha ini semoga memotivasi teman2nya yang lain untuk berprestasi juga
Menarik sekali.
Dunia pendidikan memang selayaknya diukur dengan tingkat kemampuan tanpa adanya sistem katrol-mengkatrol apalagi sistem suap hanya lantaran malu karena seorang siswa tidak naik kelas atau tidak lulus ujian,
selamat atas adanya program pertukaran siswa ini. semoga apa yang didapat dinegeri seberang bisa bermanfaat dan dihargai dinegeri sendiri.
Salam.. 🙂
benar, mas. sayang sekali rasanya jika kemampuan siswa hanya diukur dari ujian yg tiga hari 😦
Keren!! Pengalaman studi bandingnya pasti sangat berharga sekali tuh buat kedua siswa yang berkesempatan ikutan program pertukaran pelajar ini! 🙂
wah keren..dan beruntungnya Icha sama Yari bisa ke Jerman..:)
btw, emang bongsor2 ya badannya anak2 Jerman ini..padahal masih smp..:D
senang membaca berita ini, senang melihat anak2 muda terus bergerak
dan melakukan hal2 yg positif, seharusnya yang seperti ini diekspos agar menjadi motivasi bagi teman sebaya mereka.
berapa lama mereka akan di sana Lung?
Aku iriiiii . Anak-anak Indonesia ini ga kalah hebat ya. dan terbukti cerdas-cerda
waah serunyaa 😀
emang enak ya jadi pinter dan aktif, jadi punya kesempatan yang besar untuk bisa menjadi duta indonesia seperti icha dan yari 🙂
wah..saya kapan bisa k jerman y…hehe…congratz bwt icha en yari..
wahh…asyik yaaa….dalam rangka apa itu ya mereka k jerman, apakah ada program pertukaran siswa atw permintaan dr skolah yari dan apa saja syarat atw tes yg mereka ikuti sehingga yari dan icha yg terpilih diantara teman-teman yg lain…
mereka ke Jerman dalam rangka pertukaran pelajar antara sekolah yari dg sekolah yang ada di jerman, mbak. mereka terpilih karena kebetulan nilai2 mereka paling tinggi di antara yang lainnya dan kemampuan berbahasa inggris mereka.
btw mereka tinggal dimana di jerman, apakah di rumah orang tua angkat ? Program ini berapa hari dan apakah mereka sudah kembali dan masuk sekolah kembali ?
kalo di sini.. saya masih rajin ujian.. hehe..
*biar tambah pinter*
patroli rutin malam sob,
izin nyimak dulu.
salam kenal & sukses selalu untuk warga wordpress.
kalou berkenan, & ada waktu, saya tunggu kunjugan sobat ke gubuk saya .
terimakasih.
Di sana memang keknya konsentrasinya bukan di ngapalin ya. Kalo di kita sini kan diwajibkan bisa ngapal rumus-rumus yang buanyak bukan main itu… Makanya kita kecenderungannya jadi tukang hapal, sementara mereka jadi lebih kreatif…
bener banget, mbak #angguk2
cooollllllllllllllllllll…!!! tinggal gurunya yang nyusul tuh..
semangat Mas..!
sulung..koq pertanyaan sy g dijawab…malah di delete ?knapa yaaa………….
pertanyaan yang mana ya, mbak ?
waaaah keren..
aku kapan yaa bsa maen ke jerman..
makasih udah share pengalamannya ya…menyenangkan ya bisa merasakan belajar di luar negeri..:)
Skolah Yari skolah Internasional ya….nama sister school nya apa dan berada dimana ?