Aku Bangga Berbahasa Indonesia

Menjadi guru Bahasa Indonesia bukanlah perkara mudah, mengajarkan bahasa tidak sama dengan belajar ilmu hitung. Belajar bahasa menekankan pada pentingnya pemahaman dan praktek dibanding sekedar teori. Saya sendiri mempunyai beberapa pengalaman berkaitan dengan bahasa Indonesia sebagai jurusan yang saya pilih waktu kuliah dulu.

Saya tidak ingat kapan tepatnya kecintaan saya terhadap bahasa Indonesia tumbuh, akan tetapi sepanjang ingatan saya, kecintaan tersebut tumbuh akibat kegilaan saya akan membaca. Kegilaan saya akan membaca dibuktikan akan kegilaan aktifitas membaca saya sendiri. Sampai sekarang, saya mempunyai kebiasaan yang sulit dihilangkan, yakni makan sambil membaca. Ada yang kurang jika saya makan tanpa bahan bacaan, hal ini tentu saja dilakukan jika saya tidak sedang dalam acara makan di luar. Saya juga gemar membaca apa saja, dari buku, komik, novel, hingga kertas pembungkus. Dari secarik kertas pembungkus itulah saya mengenal cerpen Kompas. Saya takjub, dalam cerpen-cerpen tersebut banyak sekali kata-kata yang belum pernah saya kenal sebelumnya. Bermodalkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kosakata yang saya miliki jadi bertambah.

Sewaktu saya mengetahui kalau saya lulus di jurusan Bahasa Indonesia dulu, ada dilema yang berkecamuk di hati saya. Di satu sisi, saya memilih jurusan tersebut karena memang menyukai praktek berbahasa sewaktu sekolah dulu, seperti bermain drama, menulis puisi, mendongeng, menulis cerpen, dan hal-hal lainnya. Di sisi lain, orang-orang seolah meremehkan pilihan saya akan jurusan tersebut. Mereka berpendapat, untuk apa mempelajari bahasa yang sudah biasa digunakan sehari-hari. Apa saya demikian bodohnya hingga harus mempelajari bahasa sehari-hari? Demikian anggapan mereka. Bahkan orang tua saya sendiri menganjurkan saya untuk pindah jurusan ke bahasa Inggris.

Namun kemudian salah seorang dosen saya membuka hati saya. Dia berkata, jangan pernah merasa malu meski kalian berada di jurusan yang sering kali diremehkan orang-orang. Jangan merasa minder meski banyak yang lebih memilih belajar bahasa asing. Sebab tanpa bahasa Indonesia, mereka tak akan bisa mempelajari disiplin ilmu lain. Bukankah buku sumber mereka kebanyakan berasal dari bahasa asing yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia?

Berawal dari kalimat tersebut, semangat saya mempelajari bahasa Indonesia semakin terpacu. Ternyata bahasa Indonesia tidak semudah yang orang-orang bayangkan. Ada banyak hal yang membuat mempelajari bahasa Indonesia demikian pentingnya. Fakta membuktikan, kesalahan peletakan titik saja, dapat membuat makna sebuah kalimat berubah. Perbedaan pengucapan huruf saja, dapat mengacaukan arti sebuah kata. Saya semakin tergila-gila pada bahasa Indonesia.

Belajar berbahasa Indonesia yang baik dan benar, seharusnya sudah dilakukan sejak dini. Sebab banyak aspek berbahasa yang tak tuntas dibahas dalam waktu beberapa minggu. Contohnya saja penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), kalimat efektif, sampai kepada variasi bahasa yang digunakan dalam masyarakat.

Saya terkadang merasa miris terhadap orang-orang yang meremehkan bahasa Indonesia dan menganggap diri mereka hebat. Padahal, membuat surat izin saja mereka tidak becus. Membedakan penggunaan kata di dan ke saja mereka masih salah. Yang paling fatal, banyak orang-orang yang masih tidak mengerti penggunaan huruf kapital yang benar.

Saya mendapat banyak manfaat belajar di jurusan bahasa Indonesia. Saya jadi mengetahui penggunaan kalimat efektif, cara membuat karangan ilmiah (dan hal ini sangat membantu saya sewaktu menyusun skripsi), sampai ke menulis sastra. Dalam menulis, manfaat yang sangat saya rasakan adalah karangan saya dapat dikatakan rapi sehingga memanjakan pembaca tulisan saya. Demikian pula pendapat beberapa sahabat blogger yang berkunjung ke blog saya.

Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri, nasib bahasa Indonesia sekarang sungguh memprihatikan. Lebih banyak orang yang merasa bangga menggunakan bahasa asing dibandingkan bahasa Indonesia. Saya tidak menganggap belajar bahasa asing adalah sesuatu yang salah. Hanya saja, alangkah baiknya jika mereka terlebih dahulu mempelajari bahasa nasional ketimbang bahasa asing. Agar penggunaan bahasa asing mereka tepat guna. Saya tidak memungkiri kalau saya juga mempelajari bahasa asing. Alangkah piciknya jika saya beranggapan bahwa mencintai bahasa nasional berarti menolak mempelajari bahasa asing. Apalagi di tengah zaman yang serba maju seperti sekarang ini. Dengan penguasaan bahasa Indonesia yang baik, saya rasa hal tersebut akan membantu seseorang menjelaskan kepada dunia luar betapa kayanya bahasa Indonesia tersebut. Lucunya, banyak juga orang asing yang sengaja datang ke Indonesia untuk mempelajari bahasa Indonesia, lho. Seperti beberapa orang bule yang belajar di jurusan saya.

Belum lagi dengan gempuran bahasa gaul yang banyak digunakan oleh anak muda sekarang. Jujur, saya merasa sedih setiap membaca tulisan beberapa orang yang menggunakan bahasa gaul/alay. Mereka seenaknya mencampur adukkan penggunaan huruf kapital dan angka-angka dalam tulisan mereka. Apa mereka tidak tahu sejarah panjang bahasa Indonesia tersebut? Apa mereka tidak tahu tanpa perjuangan para pahlawan kita tidak akan mengenal bahasa Indonesia ini? Hal itulah yang senantiasa saya usahakan kepada anak didik saya. Mengubah pola pikir mereka serta mengajarkan mereka bagaimana bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dan hal tersebut, bukan perkara gampang. Apalagi anak-anak sekarang yang notabene produk campur-aduknya segala bahasa. Namun saya tidak boleh berputus asa, bukan? Sebab, jika mereka menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar, maka pahalanya juga akan mengalir ke saya kan?

Sahabat, berbahasa Indonesia yang baik dan benar bukan berarti kaku dan kolot. Berbahasa Indonesia yang baik berarti menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan konteks pemakaian bahasa tersebut. Dengan kata lain, sesuai situasi dan kondisi. Kita tidak diharuskan menggunakan bahasa yang formal saat belanja di pasar, bukan? Sedangkan berbahasa Indonesia yang benar berarti berbahasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Boleh sesuai EYD, atau kesepakatan bersama yang berlaku di sebuah masyarakat. Salam

Tulisan ini diikut sertakan dalam kontes Elfrize yang diadakan oleh Elfarizi.

47 pemikiran pada “Aku Bangga Berbahasa Indonesia

  1. Teguh Puja

    Sejarah pemilihan bahasa Indonesia juga bukan tanpa polemik di awal. Maka betul jika memang penghargaan kita terhadap bahasa Indonesia harus juga sama besarnya ketika kita belajar bahasa lain.

    Tonggak awal dari penguasaan bahasa asing memang kemampuan yang kuat di bahasa pertama/keduanya dulu. Dan untuk kasus kita, bahasa Indonesia adalah bahasa yang harus dikuasai.

  2. Kok hobi kita sama ya Lung? Makan sambil baca hahaha….
    Aku juga cinta Bahasa Indonesia. Saking cintanya sering sebel klo ada yang salah meletakkan huruf kapital, titik atau koma. Pokoknya detail.
    Apalagi kalau tulisan alay, sebeeel banget, udah susah dibaca, tata letaknya gak jelas lagi…
    Hidup Bahasa Indonesia! ^___^

  3. tu2t widhi

    Memang jarang ada yang mengerti ttg pentingnya bahasa indonesia. Bagiku, bahasa indonesia bukanlah bahasa yang kaku. Kaku tidaknya sebuah tulisan kan berdasarkan penggunaan tanda baca dan pemilihan katanya. Diriku bukanlah anak sastra yang mengerti ttg itu ya. Tapi berhubung saya orang komunikasi, dengan disiplin ilmu jurnalistik, otomatis penggunaan bahasa indonesia beserta pemahaman tanda bacanya adalah mutlak untuk dikuasai.

    Dan saya juga miris ama adik2 kita yang nilai ujian bahasa indonesianya jauh dibawah nilai bahasa inggris .___. Jangankan mereka yang di bangku sekolah. Orang yg udah lulus saja masih belum bisa membedakan penempatan kata “di” sebagai imbuhan atau sebagai penunjuk tempat .____. Sepele tapi fatal…

  4. bisa dpng konsultasi sama Sulung, selama ini memang coba terus menulis dengan bahasa Indonesia yang baik
    boleh dong dikoreksi kalau ada kesalahan berbahasa di tulisanku ya

  5. Bahasa Indonesia memang tidak semudah yang orang-orang bicarakan kok Lung 🙂 . Makanya dulu aku selalu heran ketika melihat beberapa acara TV dimana (mata pelajaran) bahasa Indonesia digambarkan sebagai mata pelajaran ‘gampang’ dan ‘bisa dapat nilai bagus dengan mudah’; dan ini bertentangan dengan pengalamanku di sekolah dimana sebenarnya tidak semudah itu.

    Malah dulu sewaktu SMA kelas 1, bahasa Indonesia menjadi salah satu pelajaran momok lho di sekolahku. Gurunya sungguh kritis sekali, dan ditambah kondisi dimana bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran ‘wajib’ dimana untuk naik kelas, nilai dari pelajaran ini harus setidaknya 6 (dari skala 10), bahasa Indonesia menjadi semakin killer deh waktu itu, hehe 🙂 .

  6. Betul sekali ya. Bahasa Indonesia itu memang tidak mudah. Saat ditanya tentang periode-periode sastra Indonesia, aku sama sekali tak dapat menjawab. Saat menulis cerpen, aku juga kerap bingung, apakah “walaupun” ditulis terpisah atau menyambung 😀

    1. “walaupun, kalaupun, meskipun,” itu ditulis nyambung lho mbak 🙂 Kecuali yg dsbutkan tsb, msti dipisah.

      kalau untuk periode sastra, memang ada ilmu khususnya. namanya Sejarah Sastra Indonesia 🙂

  7. Salut Mas Sulung. Semoga bisa memajukan Bahasa Indonesia dan membuat murid-murid bangga berbahasa Indonesia. *ini huruf kapitalnya salah tempat semua keknya :P*.
    Buat saya salah satu pelajaran paling susah itu Bahasa Indonesia, selain Biologi dan Sejarah tentunya. 😀

  8. Darmanto Muat

    Satu mata pelajaran yang buat saya heran yyyaaaaa ini.. Saya orang Indonesia, tapi agak susah mendapat nilai bagus di pelajaran Bahasa Indonesia.. Mengherankan bukan..???!!!! 😦 😦

  9. Bahasa itu sangat penting. Karena lewat bahasa lah ilmu pengetahuan dan budaya diteruskan. Jadi amat sebal waktu sekolah dulu dapat soal ulangan yg gak jelas apa maksudnya. Itu pasti berasal dari pikiran yg gak runut. Maka menurut saya, kalau murid2nya ingin pintar, setiap guru harus menguasai bahasa Indonesia..:)

  10. eh, komenku barusan hilang atau moderasi yah?

    Berbahasa Indonesia itu memang gampang gampang susah…
    walaupun setiap hari dipakai, tapi selalu ragu apakah pengaplikasiannya sudah baik dan benar…hehehe…

    Semoga sukses ngontesnya yah Lung 🙂

    1. cuma satu lho mbak yg masuk komennya 🙂
      kadang lucu juga ya, padahal kita memakainya tiap hari, tapi masih banyak yg belum menguasai dg baik. sehingga terkadang kita menggunakannya asal jadi/suka2
      terima kasih, mbak 🙂

  11. “…. jangan pernah merasa malu meski kalian berada di jurusan yang sering kali diremehkan orang-orang.”

    Quote nya super banget! ga cuma buat dunia perkuliahan aja quote ini, tapi bisa buat kehidupan sehari hari juga ya?

    Btw, emang kelihatannya sepele sih ya kalo diliat belajar bahasa indonesia itu. Tapi kalo mau dipelajari bener bener, banyak banget hal yang kita ga tahu soal bahasa indonesia. Yang mirisnya, anak anak muda sekarang malah suka pake tulisan k4y4 9!n!. *geleng geleng cakep*

    Anyway, sukses buat kontesnya, Bro!

    1. yup, bener Gan. Satu lagi kata guru gua waktu SMA, “Whereever you are, be the number one.”
      sehingga ketika kita berada di tempat yg menurut org jelek sekalipun, kita bisa tetap berprestasi.
      terima kasih 🙂

  12. Aku gak tahu juga pengguna bahasa Indonesia yg baik atau gak.. rasanya seh belum deh.. apalagi penggunaan huruf kapital.. jauuuhhh..

    kalau ditanya apakah anda tidak tahu sejarah panjang bahasa¿ YES.. aku gak tahu lung. bener bener selewat pun gak pernah dengar.. hmmm…

    Btw.. temen sekantor aku banyak anaknya diajarin bahasa inggris.. jd mereka gak bs berbahasa Indonesia gt deh.. tapi buku sekarang udah menunjang itu seh.. >_<

  13. Baca postingan ini jadi malu sendiri, akang mengaku orang Indonesia tetapi nggak tahu benar atau tudaknya bahasa yang dipake he he. Jangan marah ya Pak Guru kalo banyak tulisan akang yang nggak sesuai EYD.

  14. Yuhuuu, perspektif guru Bahasa Indonesia, nih. Sepakat, banyak orang yang menyepelakan bahasa Indonesia, tapi menempatkan ‘di’ saja masih belepotan 😀

    DItunggu pengumumannya, Pak Guru 😀

  15. susi susanti

    Benar….dalam era globalisasi ini semua murid diharuskan fasih berbahasa inggris bahkan ada sekolah yg melarang murid-muridnya berbahasa indonesia di lingkungan sekolah dan jika ketahuan akan dimarahi oleh guru. sungguh sangat miris sekali…makanya anak-anak nilai bahasa indonesianya anjlok………

  16. Ping-balik: Akhirnya, Ini Dia Pemenangnya | Elfarizi

Tinggalkan Balasan ke sulunglahitani Batalkan balasan