Edisi Curhat Menjelang Pra UN I

Hey, hey. Hello…!! 

Long time no see. Rasanya udah lama sekali tidak bercengkrama bersama sahabat di blog ini. Tapi kalau dicek tulisan terbaru, emang udah lama banget saya ga menulis di blog nih. Jadi kemana aja? Hm, ga kemana-mana juga sih. Yah, maksud saya. Penyebab saya ga menulis beberapa lama bukanlah karena pergi merantau atau sesuatu terjadi ama saya. Yah, mungkin tulisan ini bakalan full of curcol. Jadi, siap-siap aja deh.

Sebenarnya alasan saya lama ga ngeblog sih alasan klasik, males. Tapi saya bukan tipe orang yang malas tanpa alasan lho, ya. Banyak alasan yang membuat saya males meng-update tulisan di blog ini.

Belakangan ini saya disibukkan sama anak-anak grade 9 yang bakalan ujian Pra UN. Yah, sebagaimana yang sahabat tahu, saya itu guru Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diujiankan pada UN. Oleh sebab itu, kemarin-kemarin saya dibuat kalang-kabut sama segala tetek bengek buat persiapan siswa grade 9 ujian. Kadang saya heran juga dengan anak zaman sekarang. Entah mengapa, sepertinya anak-anak zaman sekarang cueknya kebangetan. Bahkan mau ujian pun, mereka seperti belagak cuek saja.

Kalau diingat-ingat, waktu saya sekolah dulu, ujian adalah salah satu momen yang paling mendebarkan, apalagi UN. Waktu saya mau UN dulu, kemana-mana bawa buku kumpulan UN buat dibahas. Yah, karena saya menyadari kalau saya itu lemah di mata pelajaran matematika (waktu itu IPA belum masuk mata pelajaran yang diujiankan), makanya saya belajar mati-matian buat menghadapinya. Tapi kok anak sekarang ya berbeda.

Entah cuma di sekolah tempat saya mengajar atau di tempat-tempat lain juga. Tapi dari apa yang saya lihat, justru sepertinya guru-gurunya lah yang lebih ketar-ketir dibanding murid-muridnya. Murid-murid saya masih banyak juga yang malas membahas soal (terutama yang cowok, nih). Giliran free time malah mereka gunakan buat main laptop atau hal-hal lainnya. Sudah diperingatkan berkali-kali, namun yang benar-benar peduli ya yang memang memikirkan masa depan mereka. Akhirnya kami para guru pun berargumen, “Ya sudahlah, yang penting kita sudah berusaha. Sekarang semuanya kembali ke diri mereka masing-masing.”

Ditambah lagi dengan kenyataan sehabis diadakan try out UN dan ternyata nilai Bahasa Inggris mereka lebih tinggi dibanding nilai Bahasa Indonesia. Saya kok jadinya miris. Awalnya saya ingin menyalahkan sekolah tempat saya mengajar yang terlalu mengagung-agungkan internasionalnya. Namun ternyata, setelah saya bertemu dengan guru-guru bahasa Indonesia se-Kota Padang ternyata memang seperti itulah yang terjadi di mana-mana.

Setelah me-review kembali soal-soal yang diujiankan, barulah saya tahu dimana kelemahan mereka. Kebanyakan siswa-siswa saya mengalami kendala soal dengan wacana. Dengan kata lain, mereka selalu tersandung saat menghadapi soal yang mengharuskan mereka untuk membaca wacana lalu mencari ide pokok/simpulan/gagasan utama wacana tersebut. Jadi apa masalahnya? Masalahnya adalah anak-anak sekarang malas sekali membaca! Rata-rata mereka pun mengeluh dengan wacana yang panjang serta jawaban yang mirip. Saya pun sampaikan pada mereka bahwa jawaban untuk pertanyaan pada soal Bahasa Indonesia memang rata-rata betul semua, maka yang diminta adalah mencari jawaban yang paling tepat diantara semua jawaban yang betul. Dan untuk bisa mencari jawaban yang tepat tersebut dibutuhkan logika yang kuat serta kemampuan membaca yang akurat/intensif. Sayangnya, hal itu pulalah yang terkadang tidak dimiliki mereka.

Mereka juga sering terkendala soal kemampuan bersastra. Rata-rata soal sastra yang jawabannya sering salah adalah unsur intrinsik pada cerpen, majas pada puisi, dan pesan pada syair. Nah, soal-soal yang mempertanyakan majas pada puisi sebenarnya bisa dihadapi apabila siswa-siswa saya menguasai diksi/pilihan kata (vocabulary) yang banyak sehingga bisa membedakan kalimat bermajas dan tidak. Sedangkan soal yang mempertanyakan unsur intrinsik serta pesan/amanat bisa dihadapi apabila mereka banyak-banyak membaca. Lagi-lagi kembali ke masalah minat membaca yang rendah dikalangan remaja.

Sebenarnya minat membaca itu sendiri tidak bisa ditingkatkan begitu saja menjelang ujian. Hal ini dikarenakan siswa seharusnya banyak membaca wacana tidak hanya menjelang ujian, melainkan minat membaca pada anak seharusnya ditumbuhkan sejak dini. Menumbuhkan minat baca pada seorang anak juga tidak bisa hanya dengan cara membelikannya buku untuk dibaca. Perlu trik-trik khusus untuk merangsang keingintahuan seorang anak akan bacaan dihadapannya. Oleh karena itu, orang tua perlu menanamkan kesukaan membaca pada anak sejak anak tersebut kecil.

Yah, bagaimanapun belajar Bahasa Indonesia bukan sesuatu yang tak berguna. Seseorang yang menguasai bahasa dengan baik, niscaya mempermudahnya dalam berkomunikasi maupun pekerjaannya sehari-hari. Sebab kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dibutuhkan dalam menulis surat, berargumen, bertransaksi, bahkan sekedar menggosip dengan teman.

Terakhir, semoga nilai-nilai ujian Pra UN 1 siswa-siswa saya bagus-bagus. Tidak hanya Bahasa Indonesia yang diujiankan pada Senin besok, akan tetapi juga mata pelajaran lainnya. Agar kami-para guru mereka-bisa menarik napas lega dan tidak merasa sia-sia dengan ilmu yang telah kami berikan. Tentunya dengan kejujuran yang senantiasa kami gaungkan kepada mereka. 

13 pemikiran pada “Edisi Curhat Menjelang Pra UN I

  1. Mskipun saya juga agak lemah di Bahasa Indonesia, bagian-bagian membaca, mencari inti paragraf dan makna dari puisi, rata-rata saya bisa, dan kekuatan sayah di situ. Hehehe. Tapi bener sih Mas, dari dulu Bahasa Indonesia itu salah satu pelajaran tersulit buat saya,

  2. Mudah-mudahan siswa-siswanya mendapat hasil yang oke ya Lung di Pra UN-nya 🙂

    Hahaha, membaca posting ini jadi serasa kembali ke kelas pelajaran bahasa Indonesia zaman SMP – SMA nih, yaitu ketika materinya seputar majas, unsur intrinsik, dsb 😛 .

  3. niee

    Duli waktu ujian SMA juga rata rata di sekolah aku nilai bahasa Inggrisnya lebih tinggi dari bahasa Indonesia lung. nilau bahasa inggris rata rata bs 9 kalau bahasa Indonesia kalag gak salah seh 7 atau 8 gt deh..

    Mungkin emang karena soalnya yg membuat lelah ya lung. sebagai orang yg suka membaca sedari kecil aku juga suka sebel sendiri kalau harus menentukan kalimat yg benar dari kata penghubung di ke kan dll. sampai sekarang juga gak ngeh banget. makanya banyak yg salah seh menurut aku tulisan aku sendiri >_<

  4. tu2t widhi

    perkara nilai english > indonesia, memang terjadi tak hanya di kotamu kok, lung.. di surabaya juga iya.. mereka teragung2kan oleh bahasa inggris, tapi bahasa indonesianya wassalam.. yah.. termasuk saya sih 😛 *garuk2 kepala*

    “Masalahnya adalah anak-anak sekarang malas sekali membaca!”
    INI EMANG MASALAH!! well, saya gak suka baca juga siyh.. baca novel dan sesuatu karya sastra karena itu bikin jelimet kepala *digampar sulung* tapi dari dulu saya paling suka baca diktat *yes, diktat! -__-* dan berita. oke.. i’m a geek and not romantic at all.. tapi saya haus pengetahuan itulah yang membuatku betah baca national geographic, diktat IPA, dan buku sejarah… karya sastra yang paling getol aq baca juga yang berhubungan ama sejarah. jadi gak seberapa suka fiksi yang pure fiction apalagi berbunga2 romantika…

    tapi lung.. saya mendukung kamu..
    karena saya yakin menjadi guru bahasa indonesia itu memang susah, dan menantang. demi kelangsungan bahasa nasional kita, mari kita berangus bahasa alay! *lho*

  5. Sepertinya di Indonesia ini kebanyakan nilai Bahasa Inggris memang lebih tinggi dari Bahasa Indonesia. Kenapa? Karena soal Bahasa Indonesia itu terlalu banyak. Serius. Jadi bikin capek sendiri membaca soalnya. Hahahaha..
    Jadi saya salut deh sama guru Bahasa Indonesia. Waktu SD dulu guru favorit saya juga guru Bahasa Indonesia.
    Semoga nilai ujian siswanya bagus-bagus ya Pak Guru.. 🙂

  6. vitakhun

    hahaha .. 😀 tu kan mr,rata-rata yang komen bilang bahasia indonesia pelajaran yang susah,makanya nilai bahsa inggris kami lebih tinggi,#peace! :p
    Keep spirit Mr.Sulung! yang tabah ngedepin anak-anak grade 9 ya mr .. 🙂

Tinggalkan Balasan ke niee Batalkan balasan