“Kau yakin, Rim!?” Net tersentak dari tempat duduknya begitu mendengar penuturan Rim. Rim mengangguk pelan. Dirinya telat datang bulan. Dan tidak biasa-biasanya seperti ini. Rim takut apa yang ia pikirkan sama dengan apa yang Net pikirkan saat ini. Rim hamil!
“Bagaimana ini?”
“Mbah Mis tidak boleh tahu, Rim. Untung saat ini Mbah Mis sedang pulang kampung. Tapi kita harus bertindak cepat.” Pandangan Net menerawang. Ia tak menyangka apa yang ia lakukan pada Rim saat malam berbadai, berakibat sejauh ini. Mereka tergoda bujukan setan. “Arggh!!” Net mengacak-acak rambutnya. Ia bingung.
***
“Rim, makan pil ini!” Net menyodorkan beberapa pil putih ke tangan Rim yang sedang memasukkan kacang goreng ke plastik kecil. Kacang goreng tersebut nantinya dijual di warung tetangga, hanya itu yang Rim bisa.
“Apa ini?”
“Untuk meluruhkan bayi di dalam perutmu.”
Rim pucat. Ia tidak menyangka Net sampai sejauh ini. Namun Rim tidak punya pilihan lain. Kalau sampai Mbah Mis tahu.
Rim memandangi perutnya yang membesar. Meski baru beberapa minggu, tapi perbedaannya tampak kentara. Sebab Rim bertubuh kurus. Setelah membulatkan tekad dan melihat anggukan di wajah Net, Rim pun menelan pil putih tersebut.
***
Net menunggui Rim yang mulas-mulas di atas kasur. Rim tampak begitu kesakitan. Wajahnya pucat, keringat dinginnya bercucuran. Sebenarnya Net tak tega, tapi mereka harus menyelesaikan masalah ini.
Net melotot saat melihat darah mengalir dari selangkangan Rim. Ia segera mengambil kain dan baskom yang telah dipersiapkan. Setelah mengejan beberapa kali, meluncurlah keluar sebentuk janin berlumur darah segar. Net segera mengambilnya.
Setelah memastikan bayi tersebut sudah tidak bernyawa, Net bersiap memasukkan janin tersebut ke dalam kantong plastik. Tiba-tiba pintu terbuka lebar, Mbah Mis terpaku di depan pintu.
“Apa itu, Net?” Mbah Mis bergidik melihat benda berdarah di tangan Net.
“Je, jenazah bayi Mbah.” Net menjawab terbata-bata.
“Inna lillah! Bayi? Bayi apa? Kapan lahirnya kok tiba-tiba sudah ada jenazahnya? Kapan Rim hamil?” Mbah Mis memberondong Net dengan pertanyaan-pertanyaan yang tiba-tiba memberondong kepalanya. Bagaimana cara Net menjelaskannya pada Mbah?
“Jawab, Net!”
Net hanya menunduk. Darah bayi di tangannya menetes ke lantai dari tanah.
“Mbah tidak menyangka keputusan Mbah membiarkan kalian tinggal di rumah Mbah jadi seperti ini! Bukankah kalian berniat mencari kerja di Jakarta? Tapi kenapa jadi begini?” Mbah Mis histeris. Napasnya naik-turun. Mendadak ia menuju pintu. Di pintu, Mbah Mis membalikkan badan.
“Mbah terpaksa memberitahukan orang tua kalian soal kejadian ini.”
Tatapan Mbah Mis terasa menusuk Net. Campuran antara jijik dan kecewa. Mbah Mis berlari ke luar. Net merasakan gerakan di kasur yang ia duduki.
“Bang?” Rim berbisik lirih. Net menatap wajah Rim yang sangat mirip dengannya.
“Maafkan abangmu yang bejat ini, Rim.” Net merengkuh Rim. Bayi mereka terjepit di antara mereka. Rim tergugu dalam pelukan abang kandungnya.
Note: 439 kata.
Tulisan ini diikusertakan dalam Monday Flash Fiction Giveaway yang diadakan oleh Monday Flash Fiction Group.
Serem bayinya meninggal
hikss.. so sad
duh, kasian…janin yang tak berdosa…kok tega sih Net? 🙂 btw, sebenarnya Net dan Rim itu sepasang kekasih atau kakak adik? atau hanya teman?
mereka kakak-adik yg inses, mbak. kayaknya petunjuknya kurang,y a? oke, kalau begitu diedit sedikit dulu 🙂
huh, aborsi
Duuh serem bener ini ceritanya.. 😐
Wuuhh..serem, tapi aku suka pembawaan ceritanya Mbak, enak aja dari awal sampe akhir.
Wah serem . . .
weh, mangkane takut beud, mreka kakak adik sih :). twistnya sudah lumayan ngena kalo mnurutku, keren 🙂
serem nieh..hiks
ah ah ah… inses… memalukan kalian, Rim dan Net! Cepat minggat sana dari rumah Mbah!!!
*ikutan marah sama mbah mis*
loh Net jadi cowok? tapi kok di komentar bnyk yang bilang inses? jadi ini inses ya?
dan kenapa dengan quis kali ini, hampir semua yg ikut dan yang telah aq baca, kq ceritanya pembunuhan bayi =,=”
pertama bacanya kayak udah siap deg-degan gitu, bakal kyk film triler atau horor gitu, tapi baca sampai selesai ternyata dibawakan dengan easy going, santai gitu.. 😀
sukses ya!
Iya, mbak. Si Net jadi cowok, makanya bisa inses dengan Rim yang melahirkan 😆
Habisnya ga ada ide lain,mbak
Hm, itu easy going berarti berhasil apa ga ya klimaksnya, mbak?
typical cerita anak jaman sekarng. berani berbuat tapi ga gentle untuk menghadapi resiko. naudzubika mindzalik
wha…. ini cerita yang paling vulgar di prompt ini menurutku 😆
hedeeehhh….si abang gimana sih >_<
idenya inses… dipaparkan secara vulgar.Tapi yang bikin aku kesengsem itu gambarnya,mbak. Bagus bgt, itu dilukis sendiri ato dicuplik darimana ya? Pengin deh 🙂 Skali lagi tetap smngaat nulis n sukses selalu 🙂
ya ampun kakak adek kandung ya,,, 😦
sori mas Sulung but I feel sick reading this story.
mungkin mas Sulung berhasil ya menggambarkannya. Sampe merinding saya.
wow, cerita yang bagus, gelap dan rumit (menurut saya) :). keren!
inces…. ceritanya bagus banget, tapi sayangnya penulis masih kurang menguasai masalah perkembangan janin dalam kandungan, sehingga bila cerita itu dibaca kalangan medis akan jadi kelihatan tidak pas. Mohon ma’af atas kritik dari saya…
ga apa2, mbak. justru saya sangat menerima kritik yg membangun. dan saya akui, saya kurang riset untuk cerita yang ini. memangnya seharusnya janin yd dikandung pasangan inses gimana, mbak? mohon infonya 🙂
bukan incesnya mas… tapi ketika seorang wanita merasa telat menstruasi dan dinyatakan positif hamil… rahim belum membesar, paling baru terbentuk kantong kehamilan yang besarnya hanya bisa diukur dengan mm atau cm. kecil banget kan… jadi walaupun kurus, tak akan ada perubahan bentuk perut yang membesar. Juga aborsi dengan obat akan sulit dikerjakan bila janin sudah besar. Aborsi dengan obat hanya efektif sampai minggu ke 12, besar janin di minggu ke 12 hanya sekitar 8 cm. Tapi dilihat dari cerita di atas kesannya janinnya sudah bernyawa dan besar. Lebih lengkapnya bisa dicari di eyank gugel…
waah, makasih banyak atas informasinya mbak. ilmu saya jadi bertambah 🙂
he he.. tapi jangan panggil aku mbak donk
wah, afwan. jadi saya mesti panggil apa, ya? 🙂
terserah saja, asal jangan mbak
terserah saja, asal jangan mbak…
Yes, I feel sick too. Sukses mengaduk-aduk perasaan.
aduuh.. kok ngeri amat ceritanya..
Wow.. perkawinan sedarah..