
“Aku tahu kau akan datang!”
Aku memeluk sosok di hadapanku. Hangat tubuhnya begitu memabukkan.
“Tiap kedatanganmu, kau selalu tampak tenang. Toro, apa sih rahasiamu?” Kusentil hidungnya yang berair. “Pasti ayah langsung menemui dokter itu, ya? Hm, biarlah. Asal ada kau di sini, aku tidak kesepian.”
“Kau tahu, semalam aku bermimpi kalau aku pulang ke rumah. Waktu kuceritakan pada dokter, dia bilang mungkin saja, asal aku berkelakuan baik dan tidak teriak-teriak lagi.”
“Kenapa sih kau diam saja? Sesekali jawab kek omonganku. Awas ya, kalau aku pulang nanti, aku akan mengajakmu bergulat. Seperti ini.”
Kupiting lehernya hingga ia terjerembab, namun Toro tetap tenang. Kududuki tubuhnya. Saat kukelitiki pinggangnya, matanya menyipit kegelian.
**
“Bagaimana perkembangan anak saya, Dok?”
“Dibanding saat pertama kali dibawa kemari, Rena sudah jauh lebih baik. Ketika Anda membawa Rena, anak Anda pecandu kronis amphetamine. Tubuhnya begitu kurus dan rapuh.”
Ah, tentu saja. Bagaimana ia lupa saat-saat itu? Sekian lama mencari anaknya yang minggat, ia menemukan Rena dalam kondisi memilukan di sudut gudang tua.
“Awalnya kami pesimis, mengingat lambannya kemajuan penyembuhannya. Ia sempat mengalami hypokinesia, catalepsy, hingga hiperaktif berlebihan. Namun sejak Anda membawa Toro ditiap kunjungan, Rena seakan menemukan semangat hidupnya kembali. Sekarang ia jauh lebih mudah dikontrol dan mau merespon perkataan saya.”
“Toro memang teman yang baik bagi Rena.”
“Hanya saja, akibat lamanya tahun-tahun yang ia lewati di sini, membuat waktu bagi Rena berjalan dengan cara yang berbeda. Ia seperti hidup di dunia anak-anak dan kembali menjadi anak kecil. Ia hidup dalam dimensi yang luput dari jalannya waktu.”
Pria tua tersebut memalingkan pandangannya ke luar jendela. Ini semua gara-gara dirinya yang terlalu sibuk dengan pekerjaan. Belum lagi kematian istrinya yang pasti membuat anaknya shock dan memilih obat-obatan terlarang. Matanya muram melihat anaknya, yang meski berumur dua puluh enam tahun, tampak riang bergelut dengan seekor anjing abu-abu. Seperti anak-anak menemukan mainan.
Ayah akan menjagamu baik-baik kali ini, Nak.
Tiba-tiba ia merasa dirinya begitu tua dan lelah.
322 kata
Kalimat dalam lagu yang dijadikan prompt: I’m 15 for a moment. Caught in between 10 and 20.
Hore… apakah saya menemukan typo disini ? ” Asal ada kau ada di sini, aku tidak kesepian.” <– dobel ada? Toro ternyata nama doggie ?:(
waa, iya. sudah diperbaiki
Seneng ya kita kalo pak guru salah hihihih
nggak tau yah, perasaan “Kalimat dalam lagu yang dijadikan prompt: I’m 15 for a moment. Caught in between 10 and 20”. rada ribet yah..
Salut sama Mas Sulung. keren tulisannya 😀
ending yang sedih..
heehehehehe saya nyerah deh kalo lagu2 ginih promptnyah :D. ttg toro itu aku udah bisa baca bahwa dia bkn manusia di babak2 awal 😀 *gppsihcumancurhataja *lho 😀
Ceritanya keren Lung. Simpel, tapi sangat menyentuh, hehehe 🙂
Toro kubayangkan sbage anjing dgn ukuran medium dan sangat cute 🙂
Idenya keren. As usual ^^
menariknya membaca istilah-istilah yang berani dituangkan di sini. keren.
“Tiap kedatanganmu, kau selalu tampak tenang. Toro, apa sih rahasiamu?”
Kalau aku ganti gini gimana mas?
“Tiap datang, kau selalu tampak tenang. Toro, apa sih rahasiamu?”
Kok aku rada aneh dengan kalimat yang pertama. Thanks.
Pak Guru, ajarin bikin twist dong 😀
Kok bisa dapet aja sih ide ribet gini?
tapi keren! suka! 🙂
Toro margenskah? Bhahaha… Mantap!
Endingnya bikin nyesek.. 😦
Penyesalan selalu datang terlambat.
ceritanya keren pk guru … penulisannya juga bagus … *guru gitu lohh …. 😀
awalnya bingung, Toro ini apaan … 😀
Suka deh Lung, sudah begitu saja hehehe