
Mel menyeret langkahnya menuju meja makan. Kepalanya tertunduk sembari tangannya memegang secangkir kopi erat-erat. Ia tahu, Jarwo tak akan menyukai kopi yang ia buat. Apa mau dikata, tak ada lagi gula di dapur yang bisa ia campurkan. Namun bila kopi tak dihidangkan, tangan kekar Jarwo pasti melayang. Mel meletakkan kopi di atas meja, menunggu reaksi Jarwo. Mataku tak beralih dari kedua sosok tersebut.
“Prang!”
Jarwo mencampakkan gelas berisi kopi ke dinding rumah. Jejak pekat tertinggal di dinding, seperti maskara Mel yang luntur akibat menangis. Jarwo membuang sepercik ludahnya ke muka Mel. Mel hanya diam, begitupun badannya tampak bergeletar.
“Perempuan sialan! Buat apa kau beri aku kopi pahit!? Tak bisakah kau pinjam barang sesendok gula dari tetangga!?”
Telapak tangan Jarwo terentang, terangkat melayang, dan mendarat di pipi Mel yang belum dihiasi jejak biru. Saking kuatnya daya tampar Jarwo, Mel terduduk dan tersudut di pojok ruangan. Mel menoleh kepadaku. Meski matanya berair, tapi sinarnya masih sempat mengirimkan isyarat padaku. Aku mengerti. Kuambil mainanku dan masuk ke kamar. Di dalam kamar, sengaja kuselimuti seluruh tubuhku agar tak mendengar suara pekikan dari luar. Semakin kuat aku menutup telinga, semakin kuat pula bunyi barang-barang berjatuhan di luar sana. Tanpa kusadari, aku tertidur dalam balutan selimut sambil menutup telinga.
Entah berapa lama aku tertidur ketika aku terbangun, kegaduhan di luar telah reda. Sewaktu pintu kubuka, tampak Mel sibuk memasukkan potongan-potongan benda basah ke dalam karung. Tetesan berwarna merah berceceran di mana-mana. Mel menoleh ke arahku. Saat itu aku yakin, mata yang kulihat bukanlah mata Mel yang kukenal. Mata tersebut memancarkan bara api. Aku terpukau.
“Jam kunjungan sudah habis!”
Aku tersentak dari lamunanku. Sedari tadi Mel tak juga merespon perkataanku, matanya kosong.
“Bu, aku pulang dulu.”
Entah kunjungan ke berapa kali ini. Ah, padahal aku ingin melihat sorot mata Mel yang penuh bara sekali lagi.
298 kata
Wuihh….
ahhh… mutilasi? Mel masuk RSJ? :O
Ehm Mel jadi pembunuh ..
mmmm aku ga ngerti endingnya. bisakah sulung menjelaskannya kepadaku?
em, mungkin ini karena ga dipisah ya?
tapi kaya komentar sebelumnya, mbak. jadi ibunya masuk rumah sakit jiwa gara2 membunuh.
nah, anaknya ini ga sadar kalau dia juga sakit jiwa. buktinya, dia sering ngejenguk ibunya cuma karena ingin melihat lagi mata ibunya waktu membunuh ayahnya. hehe
Baru ngeh setelah baca comment ini. Tadinya cuma paham sampe bagian dia ngemutilasi aja. Hehe…
oh gitu. oke sip 🙂
ye lah…
si aku terpukau sama mata Mel si pembunuh
ini halusinasi sang anak ingat masa lalu ya?
yup, lamunannya waktu mengunjungi ibunya 🙂
oke.. trauma ya,,, cuma harus dibaca dua kali sih baru bisa ngerti… hehe,,
ahaha, berarti gagal nih cerita saya. apa perlu dikasih pemisah antara lamunannya dengan kenyataan, ya?
mungkin. cara penyebutan tokoh mel yang jarwo itu yg bkn binggung sih menurutku, krn tiba2 jadi nyebut ibu,,
oh, berarti sudut pandangnya ya? ahaha, iya. ini tipe anak yang kurng ajar. nyebut orang tua dengan nama aja
makasih atas kritikannya ya, mbak 🙂
haha,, terlalu trauma kali ya,, hihi,, sama-sama ya Sulung,,, jgn panggil mbak –_–“
Baru mo komen, ini tipe anak kurang ajar. Nyebut ibunya dengan nama doang 😆 Tapi bisa aja kalo setting di Barat, tapi nama bapaknya Jarwo. Jowo banget 😆
ah, iya ya. kalau setting-nya di Barat, baru pas dia nyebut nama doang. ya udah deh, kali ini gagal
Kemarin Carra, sekarang Mel. Kapan ya ada yg bikin cerita pake namaku sebagai tokoh utama? *mengkhayal. :p
*mlipir*
ah ya, kalo setting di luar, ini cocok. tapi nama Jarwo itu ga cocok dibawa keluar. 😀 Mungkin bisa ganti dengan Ben. Mel dan Ben. *halah komen apa ini*
ga perlu dipenggal sebetulnya gpp Lung, tapi ya itu, settingnya mesti di luar kali ya kalo cuma manggil nama gitu 🙂
Ia tahu, Jarwo tak akan menyukai kopi yang ia buat. << ini bikin saya mikir mas, kan di sini si aku yg cerita, aku ini menggambarkan si mel dan jarwo, di kalimat ini ada isi pikiran mel?
ini pakai sudut pandang orang ketiga pengamat, mbak 🙂
Baru ngerti ceritanya setelah baca komentar-komentarnya 😀 *lemot*
weh, mutilasi, hehe, sudut pandang orang ketiga heheh