Dendi terduduk dengan nafas yang memburu. Air matanya telah kering. Tinggal jejak mengilat ditimpa cahaya. Ingusnya pun telah mengerak. Sejalan dengan mulutnya yang sedari tadi terbuka tanpa suara.
Biasanya, mungkin orang akan tergugah untuk menolongnya. Sekadar mendiamkan tangisan bocah yang belum genap dua tahun tersebut. Tapi kali ini semua sibuk dengan urusan masing-masing.
Dendi melihat sekeliling. Ia tak begitu ingat yang terjadi. Yang diingatnya cuma ia sedang dalam dekapan ibunya, naik kereta menuju tempat nenek. Lalu ia merasa guncangan hebat. Sewaktu terjaga, ternyata dirinya cukup jauh terlempar ketika tabrakan terjadi. Beberapa jengkal tampak ibunya duduk tersandar.
Dendi beringsut mendekat. Panas begitu membakar. Aroma darah menusuk hidungnya. Erangan-erangan tak ia pedulikan. Ia menuju ibunya perlahan tapi pasti.
“Ma, angun Ma. Endi aus…”
Dendi menepuk pipi ibunya lembut, berharap ibunya membuka mata. Namun ibunya hanya geming di tempat. Didorong rasa haus yang teramat sangat, ia membuka kancing blus, lalu menyusu di payudara ibunya. Terasa di lidahnya asin, pahit, dan anyir menyatu.
*lebih-kurang 161 kata dengan hitung manual
*sumber gambar: dekade80.blogspot.com
*untuk @bookaholicfund, tema 80an.
Posted from WordPress for Android
Tragis…. gak ada yg bantuin ya…
😦 sedih bacanya.. tapi bagus!
btw, kenapa pake hitung manual? bukannya pas nulis di wp ada di pojok bawah itu jumlah katanya?
Aku ngetik langsung di hape. Ga ada penghitung katanya 😀
owalah.. 😀 iya iyaaa..
Pertanyaan, Bro: usia Dendi berapa tahun?
Saran. Tapi, subjektif: kayaknya nih, “Aroma darah menusuk hidungnya” itu kalo disimpen dulu, “Terasa di lidahnya asin, pahit, dan anyir menyatu” bakalan kerasa lebih menusuk deh…
Kan udah disampaikan kalau usianya belum genap 2 tahun. Aku udah tanya2, umur segitu udh bisa jalan dan ngomong. Dan kenapa dia masih menyusu? Kan asi diberikan sampe umur 2 tahunan?
Sip, thanks sarannya. ^^
Mas Sulung. Kuat banget ceritanya. Sampe merinding saya.
Duh, makasih banyak Mas Dani 🙂
Ini tentang kecelakaan ya Mas? Saya suka narasinya kuat. Hanya saja menurut saya agak ganjil bila suasana kecelakaan seperti itu Dendi terlewat dari sentuhan pertolongan. Selebihnya, Anda memang berbakat.
Dan jadi penasaran sama kisah toko kue Yang atau usaha apa Randu akhirnya. Terima kasih ya Mas telah urun cerita dalam proyek amal Warung Blogger. Semoga buku-buku lain segera lahir dari tangan dingin Anda.
Salam dari Kota Hujan 🙂
Udah baca beberapa flash fic-mu, Lung. Sumpah, keren pake bingits 😀
Idenya segar. Bagaimana sih caranya bikin fiksi kilat ngena gitu?
sedih ah lung 😦