Harga Sebuah Persahabatan

Ada salah satu kasus yang saya sukai dari manga Meitantei Conan (Detektif Conan). Dalam kasus tersebut diceritakan bahwa seorang wanita membunuh sahabatnya karena ternyata si sahabat hanya berpura-pura berteman dengannya. Sahabat tersebut sebenarnya hanya ingin mengeruk uang si wanita. Ai Haibara yang berada di lokasi kejadian pun berkata, “Yang seperti itu bukan sahabat namanya. Sama seperti mesin penjual jus. Ketika kau memasukkan koin, kau kan mendapatkan kesegaran dari sekaleng jus yang keluar. Namun kau tak kan mendapatkan apa-apa jika kau tidak memasukkan koin ke dalamnya.” Saya sependapat dengan kata-kata Ai tersebut.

Ya, persahabatan bukanlah sebuah ikatan yang bisa dinilai nominalnya. Tidak mudah menemukan seorang sahabat yang benar-benar tulus berteman dengan kita. Karenanya, banyak yang bilang kalau mencari teman di kala senang itu gampang. Tapi mencari teman yang kan membantu kita bangkit di saat kita susah, bukan perkara gampang.

Meskipun saya tipe orang yang suka berteman, namun saya bukanlah pribadi yang ekstrovert, cenderung introvert malah. Saya memang menjadi tempat curhat teman-teman, tapi saya sendiri tidak bisa bercerita tentang masalah yang saya miliki kepada sembarang orang. Itulah gunanya sahabat. Tempat kita berkeluh kesah di saat tak ada yang bisa mendengar cerita kita.

Lamanya perkenalan kita dengan seseorang, tidak bisa menjadi tolok ukur seseorang bisa menjadi sahabat kita. Saya sendiri kenal dengan sahabat saya baru kira-kira satu tahun. Perkenalan pertama kami adalah sewaktu praktek lapangan mengajar karena kebetulan kami ditempatkan di sekolah yang sama. Namanya Yura Permata Sari dan saya biasa memanggilnya Yura atau Tek Yur (kalau sedang kumat jahilnya).

Orangnya biasa saja, tidak ada yang istimewa pada fisiknya. Namun ia punya sesuatu yang lebih berarti dari sekadar kecantikan/kelebihan fisik, ia mempunyai hati yang tulus. Sifatnya yang easy going-pun membuat Yura asyik diajak bercanda.

Saya masih ingat, sewaktu saya ingin meminjam printer-nya dan saya tidak mempunyai kendaraan untuk menjemput printer tersebut ke kosnya, justru ia yang datang mengantarkan printer tersebut kepada saya. Di lain waktu, ketika saya kehilangan sendal (seperti yang pernah saya ceritakan di sini) dia lah yang menawarkan diri untuk meminjamkan sendalnya sekadar untuk saya pakai pulang.

Di bagian atas tadi saya mengatakan kalau ia mempunyai hati yang tulus, tahukah kenapa saya berpendapat demikian? Sehari setelah saya kehilangan sepatu sehabis Salat Jum’at, ia mengajak saya ketemuan. Saat ketemuan, ia menyodorkan saya sebuah bungkusan. Saat saya buka ternyata isinya sepasang sepatu. Saya kaget, ini apa maksudnya?

“Itu sepatu buat lu, Lung. Gua kasihan liat lu kehilangan sepatu. Sebenarnya gua pengen beliin lu tas ransel. Soalnya gua ga tega liat lu kemana-mana keberatan bawa laptop pake tas sandang. Cuma berhubung duitnya belum cukup dan lu lagi butuh sepatu, gua beliin aja lu sepatu. Memang sih ga terlalu bagus, tapi semoga berguna buat lu.”

Waktu itu saya speechless. Padahal selama ini kalau saya menceritakan musibah ataupun masalah yang saya alami padanya, saya tidak punya maksud apa-apa. Saya hanya butuh teman bercerita. Dan lagi, saya sudah mengikhlaskan musibah atau kehilangan barang yang saya alami. Saya tak menyangka ternyata ia berpikiran sampai sejauh itu.

Meskipun kami bersahabat, bukan berarti kami tidak pernah bertengkar. Kami juga sering ribut, apalagi kalau si Yura sedang berada dalam kondisi ketidakstabilan hormon (maklum cewek). Tambahan pula, saya ini orangnya suka bercanda. Makanya terkadang pada saat hormonnya tidak stabil, si Yura ini gampang banget marah dengan candaan-candaan saya. Walaupun begitu, biasanya beberapa saat kemudian kami baikan kembali.

Sering saya memikirkan kebaikan-kebaikan dan pertolongan-pertolongan yang ia berikan. Biasanya yang jadi saya pikiran saya adalah bagaimana saya bisa membalas kebaikan hatinya. Berhubung saya bukan orang berpunya, tentu tidak mungkin saya mengganti kebaikannya dengan membelikannya barang-barang juga. Memang sih, persahabatan sejati tidak mengenal balas jasa. Karenanya saya cuma berharap dua hal. Pertama, semoga Tuhan membalas semua kebaikannya. Dan yang kedua, mudah-mudahan dengan candaan-candaan saya yang membuat dia tertawa, hal tersebut bisa membuat hatinya bahagia. Tidak berlebihan kiranya kalau saya mengatakan ia sahabat yang berharga bagi saya.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway The Fairy and Me yang diselenggarakan oleh Nurmayanti Zein“.

*          *          *

Oh, ya. Jika ada yang ingin berkenalan dengan si Yura ini, bisa langsung mengunjungi blognya di sini. Semoga ia juga bisa menjadi sahabat bagi yang membaca tulisan saya.

Source Image: cherrybam.com

54 pemikiran pada “Harga Sebuah Persahabatan

  1. #ngelapingus..
    lw jga berharga bgtz slung, klo BBM jdi naik. rnca gw mau jual elu, tuk nmbah byaran sewa kosan..hahaha
    aduh, mksii bgtz yaa lw mau ngerti atas ktdaksatbilan hormon gw..
    knp gw bsa dkt ma lw yaa??#mikir100kliling.

  2. Betapa beruntung jika memiliki sahabat yang benar-benar mengerti dan tulus pada kita ya Lung?

    Aku jadi teringat sahabatku yang udah 14 tahun deeeeeeh! T_T
    Seumur-umur belum pernah bertengkar, dan wlopun jauh, kami tetap bangga bilang bahwa kami adalah sahabat…

    Mdh2an persahabatan kalian abadi selamanya ya! ^_^

  3. Hahaha, itu Detektif Conan yang kasus ketika anak-anak sama Professor Agasa lagi kemping itu kan? Yang kasusnya terjadi ketika mereka naik bus (maksudnya kendaraan kemping itu, apa sih namanya? Caravan? Hmmm) dan mayatnya jatuh di jalan? hehe 😛 Inget deh saya 😀

    Anyway, bener banget tuh. Yang namanya pertemanan itu (nggak cuma persahabatan aja) sebaiknya memang harus jauh dari yang namanya urusan uang-uangan gitu. Bikin belibet banget soalnya…

    1. Aku jg kayaknya baca tuh cerita yg itu….

      Anyway baswe… Kita samaan deh lung, dari luar kliatannya extrovert. Tapi susah kalo disuruh curhat ke orang lan 🙂

  4. Waaa … akhirnya sepatumu tergantikan, Bang … awalnya saya udah siap-siap lho … :mrgreen:
    Beruntung punya sahabat sepertinya, Oh, ya … dulu sempat mau ikut GA ini, tapi kelupaan. Malam ini deadline-nya, ya? hehe 😀

  5. MasyaAllah… ketulusan itu terbaca oleh hati, tidak dengan hal-hal pamrih 🙂 sosok yang berharga ^^ manis sekali~

    ————–
    sudah terdaftar ya sulung 🙂
    terima kasih atas partisipasinya!

  6. *loh, komentar yg sebelumnya mana?? kok ilang?*

    Haha..
    yaudah ulang lagi.

    Asik asikk..
    kayaknya udah deket banget ya bang.

    mmmm…
    *ehem
    *sikut-sikut*

    *kabur*

    hihihihi
    XD

  7. Falzart Plain

    Sahabat ya… Saya nggak tahu apakah sebutan sahabat itu cocok untuk orang-orang di sekitar saya. Soalnya saya nggak pernah ngasih sepatu…

  8. Waah, itulah indahnya bersahabat yaaa…. 😀
    Aku juga punya sahabat sejak kuliah sampai sekarang. Untunglah sejenis, kalo tidak ….bisa-bisa kekasihku curiga :mrgreen:

    Salam yaaa untuk sahabatmu….

  9. fi

    brother (saudara) lebih powerful bagi saya artinya daripada sahabat loh..

    it’s like a pair of shoes, one can’t be without the other one,, hhe..

  10. lah emang kenapa pula cewek ada ketidakstabilan hormon?? hmm..

    ntw berarti yg memfoto sepatu lo orang yg berbeda kan lung? 😉 *masih lanjut* hahaha

  11. ehmmm ehmm ehmmmmm sahabat ato sahabat nich #meksoooo – pengen juga punya sahabat terindah dalam hidup ini bang :), bisa saling melengkapi dalam sehari hari meski ia bukan kekasih hati :’)

  12. Blog yang inspiratif…gue suka gaya bahasa dan penyampaian ditulisan-tulisan loe…”manusiawi banget”…salam kenal dan mohon ijin buat beberapa tulisan yang gue copas…boleh..?!

    keep Blogger Hood

  13. yups, persahabatan itu tak bisa dinilai dengan nominal, mencari musuh sangat mudah tetapi menemukan satu sahabat, memerlukan keikhlasan kedua pihak, sukses di GAnya.

  14. tulisan di atas kolom buat menuliskan komentar ‘bisakan berkomentar setelah membaca, ya’ tentuuu sajjjaaaa!
    hehehhehehehe..
    bener banget kata si Ai Haibara itu. tapi seiring berjalannya waktu, temen yang tulus semakin sulit dicari, dan makna tulus pun akhirnya berjalan relatip. itu kata aku looh.

    btw, sukses ya buat kontesnya 🙂

  15. saya punya dua orang sahabat ketika SMA, dan sekarang sudah jarang komunikasi krn kesibukan masing2, slain jarak juga sih (banda aceh-jakarta-surabaya) 🙂
    meskipun sudah hampir 3thn nggak ketemu, entah kenapa di dalam sini saya masih yakin kalau kami tetap sahabatan. dan selama kuliah ini justru saya belum menemukan sahabat seperti mereka 🙂

  16. hooo mas sulung ini berteman dengan mbak yura yah… yang yourha the explorer he he.

    saya sering berkunjung ke blognya. btw sahabatan deket banget ya sama mbak yura, sampe rela ngebeliin sepatu.. jangan-jangan…. jreng-jreng… ditunggu undangannya yah! #lho.

    yah begitulah sahabat, dia ada saat kita senang maupun susah.

  17. Anonim

    sulung…. memang sahabat adalah segala-galanya… aku jadi ingat ma sahabat ku yang jauh di negeri sana. walaupun kita sudah lama tak berjumpa taoi hubungan silaturahmi masih tercipta jadi kangen sahabat.. setelah baca cerita mu SOB..

Biasakan Berkomentar Setelah Membaca, Ya.