
“Kau yakin ingin melakukannya?”
“Demi meneruskan silsilah suci, aku sedia.” Mariah mengangsurkan segelas anggur merah.
Aku meneguk pemberiannya. Lambat, ia lepaskan gaun yang melekat. Mataku memberat. Entah pengaruh minuman, entah gelegak birahi.
“Untukku, ini yang pertama,” lamat kudengar suaranya berbisik. Kelam melingkupku.
Ditampar perih, aku pun membuka mata. Terbelalak, tubuhku dibaringkan di atas papan berbentuk salib. Kedua telapak tanganku mengucur darah, dipaku.
Mariah berdiri di atasku, tanpa busana. Bibirnya tersenyum. Tubuhnya seperti berpendar disinari cahaya lampu.
“Untuk kesempurnaan, aku ingin kau merasakan penderitaan Kristus terlebih dahulu.” Ia duduk di dekat kakiku. Mendadak, tangannya mengayunkan palu, menancapkan paku di kaki kiri.
100 kata
ngilu bacanya Lung..
bisa jadi HorKris… nih…
ngeriiiii
waah masih nulis ternyata, mas? keren nih ceritanya 😀